Rabu, 31 Desember 2008

Pentingnya kolostrum bagi neonatus

Kolostrum dikenal juga dengan sebutan beestings, first milk atau immune milk. Kandungan kolostrum ini sangat berbeda dengan susu (biasa). Kandungan kolostrum juga berbeda pada spesies hewan yang berbeda.
Anak ruminansia atau pemamah biak lahir dalam keadaan tidak mempunyai kekebalan. Sebetulnya hal ini disebabkan dari tipe plasentasi hewan tersebut, sehingga menyebabkan materi-materi kekebalan tidak bisa ditransfer oleh induk ke dalam tubuh janin via plasenta. Dalam kondisi yang demikian, Tuhan menciptakan jalur lain transfer kekebalan dari induk ke anak adalah melalui kolostrum. Itu sebabnya materi-materi kekebalan yang hendak diberikan kepada anak disiapkan seluruhnya di dalam kolostrum.


Dengan cara demikian, tubuh anak ruminansia menyesuaikan untuk menerima kekebalan dari induk via kolostrum (saluran pencernaan). Sistem pencernaan anak dibuat khusus untuk dapat menerima kekebalan via kolostrum, termasuk epitel usus di dalam saluran pencernaan sehingga dapat mengabsorbsi materi kekebalan yang berukuran “raksasa”, ratusan kilodalton. Dimana dalam kondisi normal usus hanya dapat mengabsorbsi materi yang berukuran beberapa kilodalton saja. Namun demikian kondisi khusus ini hanya sebentar saja, 18-24 jam pasca lahir, dan dalam 6 jam pertama sebetulnya telah terjadi penurunan kemampuan menyerap materi-materi kekebalan yang nyata. Setelah itu sel-sel usus akan berganti dan mempunyai fungsi sebagaimana umumnya. Konsentrasi imunoglobulin dalam serum neonatus mencapai puncak pada 12-24 jam pertama, setelah itu menurun karena proses katabolisme. Oleh sebab itu pastikan neonatus memperoleh kolostrum yang baik dan cukup segera setelah lahir, lebih baik dalam 6 jam pertama. Kandungan materi kekebalan di dalam kolostrum bila diberikan pada waktu lain (diluar 24 jam pertama tersebut) akan dicerna dan diabsorbsi sebagai makanan biasa dan tidak mempunyai makna kekebalan.

Kolostrum juga mengandung sumber energi yang sangat tinggi untuk kebutuhan energi neonatus. Perlu diketahui bahwa anak ruminansia dan terutama anak babi (selain ruminansia) mempunyai kandungan glikogen yang sangat terbatas saat dilahirkan, disamping itu juga dilengkapi dengan lemak coklat yang tidak banyak. Oleh sebab itu cadangan energi yang dimiliki juga tidak bisa digunakan untuk jangka waktu yang lama. Sumber energi kolostrum bisa berupa laktosa atau gula susu dan lemak. Hewan-hewan di daerah dingin atau kutub (beruang kutub, anjing laut, singa laut, walrus) memiliki kadar lemak kolostrum atau susu yang sangat tinggi, hal ini juga untuk memenuhi kebutuhan anak hewan tersebut akan sumber energi yang tinggi, yang umumnya digunakan untuk mempertahankan suhu tubuh.

Selain itu kolostrum juga dilengkapi dengan mineral, terutama kalsium yang tinggi. Anak ruminansia dilahirkan dalam kondisi yang “matang” . Bisa dipahami, karena beberapa menit setelah lahir dia bisa berdiri dan berlari. Pada beberapa jam pertama bahkan sudah bisa berlari mengikuti induk hingga beberapa kilometer. Mineral yang penting dalam sistem lokomosi atau pergerakan hewan adalah kalsium. Kebutuhan ini berbeda dengan anak karnivora, sehingga kolostrum karnivora pun tidak melengkapi kalsium setinggi pada herbivora. Dan tentu saja juga tidak sama kebutuhannya dengan bayi, anak manusia.

Anak ruminansia yang tidak memperoleh kolostrum yang cukup, akan mudah menderita penyakit-penyakit infeksius akibat kekurangan kekebalan tubuh. Kondisi ini dikenal sebagai failure pasive transfer. Penelitian juga menyatakan bahwa pemberian kolostrum yang tidak cukup baik karena kualitas dan jumlah kolostrum induk, atau akibat ketidakmampuan anak mengkonsumsi dan mengabsorbsi kolostrum akan menyebabkan anak ruminansia mengalami masalah dengan pertambahan berat badan, penurunan produksi susu saat laktasi kelak, bahkan kematian akibat kelaparan terutama pada anak kambing. Anak kambing biasanya dilahirkan “kembar” (2 ekor). Bila induk melahirkan lebih dari 2 ekor biasanya ada satu anak yang menjadi korban kekurangan nutrisi dan bila tidak dirawat khusus maka bisa dipastikan dalam waktu tidak lama akan terisisih, kelaparan serta menemui ajal (biasanya yang tidak dominan).

Pastikan anak hewan terutama ruminansia memperoleh kolostrum yang baik dan cukup. Pada anak hewan yang bermasalah dalam memperoleh kolostrum yang baik dan cukup (induk sakit, induk mati, induk tidak mempunyai sifat keibuan yang baik, partus prematur, anak tidak dapat menyusu dengan baik, dll) maka dapat diberikan melalui botol atau diambilkan kolostrum dari induk yang lain dari spesies yang sama. Ada laporan terjadi kematian pada anak kambing akibat mengkonsumsi kolostrum sapi. Dari 105 ekor 61,9 mengalami anemia dan 40 persen yang lainnya mati. Hal mana sebetulnya membuktikan bahwa kolostrum masing-masing hewan hanyak cocok dan baik untuk masing-masing anak hewan.

sumber : http://triakoso.blog.unair.ac.id/page/11/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar