Minggu, 07 Juni 2009

STANDARISASI DAN PEREDARAN KADO

Salam peternak Boss,
Subject nya saya ganti agar ada korelasi dengan isi diskusinya.
Boss Zulkifli_AJ dan Boss Bondan mantap banget pencerahannya.
Menurut apa yang saya tangkap dari pencerahan para Boss, didalam dunia ternak menternak selalu ada klasifikasi atau grading untuk ternaknya.

Mulai dari Bibit Dasar - Bibit Induk - Bibit Sebar, sedangkan penentuan nya dilakukan oleh pemerintah dengan SNI nya, hal ini tentunya sudah sangat baik tatanannya. Tinggal tergantung akad kita mau cari atau membeli yang mana yang sesuai dengan kebutuhan kita.
Bibit Dasar harus selalu di pertahankan dan di jaga dengan sangat ketat jangan sampai keluar dari peternakan pusatnya, biasanya di proteksi dengan peraturan pemerintahnya masing-masing. Sedangkan Bibit Induk mungkin biasanya disebut dengan Brood Stock masih bisa atau boleh keluar dari pusatnya dengan persyaratan tertentu, antara lain -- tidak untuk di potong dan di makan /Slaughtering. Kalau Bibit Sebar mau di apain juga boleh , karena keberadaannya untuk di konsumsi manusia.
Sekarang jika kita lihat dari sisi calon peternak di Indonesia, yang beritikad untuk menternak atau tepatnya Breeding, tentunya dia harus mendapatkan Bibit Induk/ Brood Stock, dan pasti lah harganya jauh lebih mahal di banding dengan Bibit Sebar.
Disinilah permasalahan pokok yang sangat mendasar akan timbul. Bagaimana si Calon Peternak tersebut bisa mengetahui bahwa kambing yang dia beli itu memang betul-betul Bibit Indukan, demikian juga dengan si penjual bagimana dan atas dasar apa dia menyatakan bahwa kambingnya adalah Bibit indukan.
Karena Standarisasi tersebut ada tapi tiada, maka penentuan ahirnya sangat Subjektip. Dilandasi dengan selisih harga yang mencolok maka si Penjual atau Jockey nya pasti menyatakan ini Bibit Indukan bahkan Bibit Dasar. Si Pembeli yang masih calon Peternak dan Blo'on seperti saya ini akan nurut aja apa kata Penjual atau Jockey, karena untuk meng -counter pernyataan mereka sama sekali nggak punya dasarnya, selain melihat postur tubuh kambing tersebut. Sangat jarang pembeli bisa mengetahui silsilah kambing yang akan di belinya walaupun membelinya langsung di kandang si penjual, karena umumnya para peternak tersebut tidak pernah melakukan pendataan secara rinci, maksimum mereka hanya mengetahui kambing ini anaknya itu, bapaknya milik si anu di kampung anu, kakek nenek nya entah siapa.
Saya sering ikut2-an membeli atau mengurus pembelian Bibit Indukan di banyak negara lain baik untuk Kambing maupun Sapi , masalah Subjectivitas tersebut sama sekali tidak pernah muncul. Karena si peternak penjualnya sudah mempunyai / di beri sertifikat Brood Stock Breeder (peternak Bibit Induk), kemudian peternak tersebut selalu memberikan garansi bahwa ternak yang dia jual adalah Bibit Induk, karena secara fisik kadangkala Bibit Induk tersebut jauh menyimpang dari standar, namun anakannya nanti di jamin memenuhi standar yang di tentukan.
Mungkin inti permasalahannya adalah STANDARISASI dan SERTIFIKASI untuk Bibit Kambing unggulan di Indonesia yang ternyata sudah ada namun tiada. Hal ini pernah saya ungkapkan dan sampaikan tahun lalu kepada Boss Agus , sebelum saya memutuskan untuk memilih Kambing PE.
Sayang banget Boss, kalau PE dan DOMBRUT tidak di tata dengan sungguh-sungguh, karena di banyak buku mengenai KADO yang di tulis oleh para ahli dan praktisi dari banyak negara -- kambing jenis PE dari Indonesia diakui sebagai salah satu Dairy Goat / Kambing Perah /Susus terbaik
Contoh permasalahan yang tadi siang saya temui: Kebetulan saya bertemu dengan dua orang peternak Kambing dari Brunei dan dari Pilipina, mereka sangat berminat untuk beternak PE guna di perah susunya. Tentu saya tawari dan anjurkan untuk datang aja ke Jogjakarta di sana ada banyak sekali, dan ternyata mereka sudah sangat mengetahui itu. Pertanyaan yang tidak mampu saya jawab adalah - Apakah Kambing yang di Jogjakarta sebagus Kambing-nya U-Keng (peternak Malaysia) dan berserifikat (Certified). Bingung jawabnya Boss, selain mengatakan "Jangan takut lah, nanti saya yang kasih sertifikatnya" , mereka hanya nyengir kayak Kambing pengen kawin, dan memutuskan untuk beli di si U-Keng aja katanya.
Pertanyaan saya yang berikutnya : Apakah mungkin dan Bagaimana caranya untuk mendapatkan sertifikasi sebagai Peternak Bibit Indukan kambing PE, selain membuat sertifikat sendiri.

Terimakasih dan salam hormat

TONY_BINGUNG

MALAYSIA DILARANG MEMBELI DOMBRUT

From: "zulkifli_aj@yahoo.com"
To: Insan_Peternakan@yahoogroups.com
Sent: Sunday, 7 June 2009 5:07:18
Subject: Re: [Insan_Peternakan]

Salam Peternak.

Memang ada baiknya kita lebih cermat lagi tentang mekanisme pelarangan pengeluaran hewan ini, khususnya domba dan kambing unggul. Kalau tak salah, sekedar review dan buka catatan nih..., dan maaf..bukan buat menggurui.. serta dengar beberapa pakar doka (domba kambing), Pak Prof Soebandriyo (puslitbangnak Bogor) dan K
kang Denie Heriyadi (Litbang HPDKI), ada tiga jenis bibit ternak : Bibit Dasar, Bibit Induk dan Bibit Sebar. Bibit yang paling top adalah bibit Dasar, dia yang menjadi kunci produksi dari semua hasil produksi ternak. Hasil produksi dia pokoknya top unggul semua,sesuai order. Bibit Induk adalah bibit yang dihasilkan dari bibit dasar.Hasil cetakan anaknya walaupun tak sebaik Bibit Dasar, tapi masih sangat standar. Masih top juga, walaupun masih dibawah kelasnya Bibit Dasar. Dan Bibit Induk ini dibuat untuk menghasilkan Bibit Sebar, yang digunakan untuk menghasilkan hewan untuk dikonsumsi masyarakat (jantan or betina.). Pertanyaannya, yang kita cegah keluar apakah tipe yang Dasar, Induk atau Sebar. Bila itu Bibit Dasar, maka kepentingan pelarangan keluar yang kedepankan adalah kepentingan penyelamatan mutu genetik yang harus terjaga. Kalau dilepaskan ke pasar, tentu kita akan kehilangan satu sumber Mata rantai Bibit Unggul ternak. Dari segi perusahaan apalagi daerah maupun negara tentu akan sangat dirugikan oleh hal ini. Sapi yang kita impor dari Australia, tentu dari hasil bibit sebarnya, baik jantan maupun betina, dimana bila kita kembangbiakan, tingkat hasilnya tak akan sebagus dan sebaik yang dari Australia. Kalaupun ada yang baik, sedikit dari Bibit Induk.
Tahun lalu, HPDKI hampir terealisasi kerjasama dengan Asosiasi Kambing Boer Australia Barat, dimana mereka akan memberikan bantuan pengembangan kambing Boer di Indonesia. Yang akan mereka berikan sebagai bibitnya adalah jenis Boer yang kemurniannya 40-70%, berarti kelas Bibit Sebar hingga Induk. Kalaupu ada keluar bibit dasar, tentu banyak pertimbangan yang harus dilewati.
Dan pada tahun 2008 lalu, pemerintah juga (tentu bersama HPDKI) mengeluarkan SNI untuk Kambing PE, dan Domba Garut, tapi baru sebatas sebagai bahan untuk Bibit Induk dan Bibit Sebar untuk tujuan komersil dan sah diperjualbelikan.
Nah, kita belum dapat informasi, apakah yang dilarang oleh Pemda Jawa Barat dan Jawa Tengah jenis Bibit yang mana. Dan apa dasar pelarangan dijual keluar wilayah, harus bisa dijelaskan. Verifikasi dan sertifikasi bibit perlu diperketat, baik untuk skala individu, kelompok maupun perusahaan. Apalagi bila untuk kebutuhan dalam negeri dan kepentingan pengembangan domba kambing di Indonesia.
Jadi, BENAR kang Toni, dan sama dengan saya alias bingung jugaini akan membingungkan bila main larang saja. Dan selanjutnya akan dianggap aneh oleh negara lain, kenapa kita tidak mau menjual hewan domba kambing (doka). Mereka bisa beli dari Australia, Afrika, dan negara2 lain..
So..Mungkin ada baiknya pemda-pemda yang potensinya ada, Jawa Barat dengan Domba Garut dan Jawa Tengah dengan PE, sebagai ASET NASIONAL, merogoh kocek APBDnya lebih dalam dan serius bekerjasama dengan berbagai pihak (HPDKI, Lembaga Penelitian, Pengusaha, Peternak, Perguruan Tinggi, dll) guna menyelamatkan mutu ternak doka dan membuat riset khusus memperoleh Bibit Dasarnya sebagai Bibit Unggul kelas Dunia.. Salah satunya adalah dengan mengeluarkan sertifikasi bibit standar nasional kepada setiap peternak, kelompok atau perusahaan yang terbukti secara standar bibit dan verifikasi proses hewan doka nya masuk kategori bibit. Lalu hewan bibit ini di beli dan dibiayai langsung pemeliharaannya sertra masuk dalam aturan wilayah pengawasan bibit ternak. Pemindahan atau tidak ke wilayah Centra Bibit tergantung pemanfaatan dari hewan bibit tersebut.
Tentu akan semakin terjalin silaturahmi dan sinerginya antar anak negeri, bilamana ada bibit Kambing PE bisa dikirimkan ke wilayah luar Jawa dimana kualitas kambing kacangnya semakin kacangan. Karena memang mereka tidak memiliki para ahli dan ruang pengontrolan popualsi ternak yang baik seiiring dengan kebutuhan potong mereka yang juga besar.

Terima kasih, Semoga Tetap Semangat.

Wassalam.

MALAYSIA DILARANG MEMBELI DOMBRUT

Dari: tony sapi
Topik: Re: [Insan_Peternakan] MALAYSIA DILARANG MEMBELI DOMBRUT
Kepada: Insan_Peternakan@ yahoogroups. com
Tanggal: Jumat, 5 Juni, 2009, 5:03 AM

Salam Peternak Boss,
Rame banget ternyata urusan larang melarang di negara kita yang tercinta.
Kalau untuk proteksi agar tidak pindah tangan ke negei orang masih bisa saya terima dengan segala plus dan minusnya.
Namun jika larangan itu untuk memproteksi agar ternaknya tidak pindah ke Daerah Lain yang masih di Negara yang sama, saya agak kurang bisa mengerti, walaupun kalau dipaksa harus mengerti yah nurut aja deh karena yang pasti peraturan tersebut di buat demi kebaikan.
Kambing Peranakan Etawa yang konon keberadaannya terpusat di Jawa tengah, untuk yang berkualitas baik/unggulan ternyata dilarang di jual atau di bawa kedaerah lain. Larangan ini tertuang di peratutan PemDa setempat, adapun alasannya banyak dan macam2, yang di ijinkan dijual keluar daerah hanya yang kualitas kelas tiga kebawah alias yang jelek2, walaupun di mata saya tetep aja sama mereka adalah embe.(artikel mengenai ini pernah di muat disitus ini, kalau nggak salah lho--karena sudah tak hapussss)
Kita terutama saya yang bermukim di luar Jawa Tengah, tentunya tidak mungkin melarang sang Pemda agar tidak membuat atau mencabut larangan tersebut.
Melihat dari kenyataan yang ada selama ini, dimana jenis kambing PE tersebut telah banyak tersebar di luar pusatnya, maka timbul banyak sekali pertanyaan yang tidak mampu saya jawab, yang antara lain:
1. Adalah kebohongan atau penipuan dan pelanggaran hukum secara sistimatis telah dilakukan oleh para penjual kambing jenis PE , yang menyatakan bahwa kambing yang di jualnya adalah jenis unggulan bahkan menyatakan kambing nya juara ini dan juara itu.
2. Para peternak di sentra PE tersebut secara sistimatis pula di tutup kesempatan untuk mendapatkan penghasilan yang lebih baik dengan menjual PE kelas unggulan yang sudah kita ketahui bersama harganya memang unggulan juga.
3. Centra PE tersebut dengan sendirinya makin lama makin menurun pamornya, karena hanya menjual kambing PE kelas rendahan. Saya membandingkan dengan penjual PE di negara jiran yang tidak mempunyai larangan sejenis, mereka bisa mengatakan dengan sangat yakin, bahwa kambing PE yang mereka jual semuanya kualitas yang terbaik, karena KAMI TIDAK MENJUAL KAMBING PE YANG BERKUALITAS RENDAH. Dengan sendirinya sebagai calon pembeli pasti lebih mudah menentukan dari mana mereka harus membeli.
4. Apa jawaban yang harus saya sampaikan saat ada petugas resmi dari Pemerintah datang ke kandang saya dan bertanya atau menginterogasi "Dari mana kamu mendapatkan kambing kambing ini, jenis kambing seperti ini dilarang keluar dari sentranya - mengapa sekarang ada disini". Dan hal ini betul-betul pernah terjadi dan mereka menjamin dengan pasti hal ini akan terjadi lagi,
Pusing tujuh puluh tujuh keliling mikirin jawabannya, karena harus berbohong secara sistimatis juga.
5. Beternak PE diluar sentra PE masih belum bisa memberikan "KETENTRAMAN YANG SESUNGGUHNYA" , karena usaha apapun yang kita lakukan harus di dasari oleh "LEGALITAS dan KE-HALAL-AN" , katanya agar kita tenang dunia akhirat.
6. Apa arti sebuah larangan dari Pemerintah Daerah, jika dengan IPTEK yang memadai sperma PE unggulan yang di cekal tersebut dengan mudahnya bisa di dapat, untuk kemudian di budi dayakan dengan hasil yang memadai. Ingat Boss pencekalan tersebut hanya untuk Kambing-nya bukan spermanya. Belum lagi jika kita lihat dari sudut pandang Cloning.

Ternyata bukan hanya Sapi yang membuat saya bingung, Kambing yang tubuhnya lebih keci, lebih sangat membingungkan.
Terimakasih dan salam hormat
TONY_BINGUNG

MALAYSIA DILARANG MEMBELI DOMBRUT


BANDUNG , (PR).- Pemprov Jabar menolak memberi izin pembelian bibit ternak domba garut oleh Malaysia , untuk melindungi kelestarian hewan ternak tersebut. Populasi ternak domba garut tengah dilakukan perlindungan oleh Pemprov Jabar dari ancaman dipatenkan oleh negara lain.

Gubernur Jabar H. Ahmad Heryawan, di Bandung, Rabu (20/5) mengatakan, belajar dari rencana pembelian bibit domba garut oleh Malaysia, terlihat adanya potensi besar pengembangan agrobisnis ternak tersebut dalam skala internasional. Peluang ini harus dimanfaatkan seoptimal mungkin oleh para peternak rakyat di Jabar, terutama domba garut.

"Kami juga akan berkoordinasi dengan sejumlah lembaga/instansi pemerintah terkait agar saling mendukung dalam upaya pelestarian komoditas-komoditas pertanian spesifik Jabar, termasuk domba garut. Kami tengah berupaya tak kecolongan agar berbagai komoditas spesifik lokal kemudian dipatenkan oleh negara lain," katanya di sela Ekspose Agribisnis Domba Jabar, di Mall Metro Indah, Bandung .

Disebutkan pula, peluang pemasaran domba internasional, di mana Jabar selaku sentra produksi di Indonesia, sangat terbuka dari Timur Tengah karena masyarakatnya sangat terbiasa makan daging domba dan kambing. Sejumlah pejabat negara di Timur Tengah menyatakan sangat meminati domba dari Jabar karena diketahui diusahakan oleh masyarakat Muslim, ketimbang selama ini membeli kambing dari Australia rata-rata 200 ton/hari.

Upaya pelestarian produk-produk pertanian spesifik Jabar dari ancaman dipatenkan negara lain, menurut Kepala Biro Produksi Pemprov Jabar, Toto M. Toha, juga dilakukan untuk produk muncang Sunan yang selama ini asli Kabupaten Sumedang. Soalnya, potensi bisnis muncang Sunan adalah produk bahan bakar alternatif dan pakan ternak. Ketua Harian Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) Jabar, Entang Sastraatmadja, menilai, sikap Gubernur Jabar yang menolak izin pembelian domba garut oleh Malaysia, dapat dijadikan gambaran keberpihakan kepada usaha pertanian spesifik lokal, termasuk ternak domba.

Sinyal dari Gubernur Jabar tersebut harus diikuti koordinasi dan kekompakan berbagai dinas/instasi terkait lainnya di provinsi maupun kabupaten, bahkan tingkat pusat, mulai sektor hulu, izin perdagangan, kehakiman, pelabuhan, petugas keamanan, dll. Dukungan pelestarian domba garut sebagai komoditas spesifik Jabar, juga muncul dari Dirjen Peternakan Departamen Pertanian, Tjeppy D. Sudjana, yang mengatakan, saat ini Departemen Pertanian tengah melakukan perlindungan sejumlah plasma nuftah lokal dari ancaman dipatenkan negara lain, misalnya domba garut dan sapi bali. Diakui, pemerintah juga baru saja kecolongan atas lolosnya empat ratus bibit sapi bali melalui Sulawesi Utara yang juga dibeli Malaysia .

Minggu, 31 Mei 2009

Prinsip Pencegahan Penyakit pada Ternak

Pukul 8 malam telepon genggam saya berbunyi. Nun jauh di sana terdengar menanyakan sesuatu, "Pak, kalau kambing kembung obatnya apa ?" Saat itu juga saya langsung menjawab tahapan penanganan kembung dari teknis tradisional sampai menggunakan obat-obatan kimia.

Pertanyaan-pertanyaan seperti itu lebih dari duapuluh kali saya terima, baik dari peternak binaan dari seluruh Indonesia, atau dari mantan peserta pelatihan dari Sabang sampai Merauke, kadang juga dari teman-teman dulu waktu kuliah dari barat sampai timur nusantara. Berbagai pertanyaan tentang penanganan penyakit biasanya datang apabila telah terjadi kasus penyakit di lokasi penanya. Setiap akhir menjawab pertanyaan selalu saya sampaikan bahwa pengobatan penyakit itu mudah tetapi mahal. Namun yang lebih penting adalah pencegahan penyakit itu lebih mudah dan lebih murah daripada pengobatan penyakit. Berarti kata kuncinya adalah pencegahan penyakit.

Jika dilihat dari komponen biaya produksi masalah penanganan dan pencegahan penyakit hanya sekitar 6% dari total biaya produksi, tetapi dampak yang ditimbulkannya pada saat akan panen produksinya dapat berpengaruh mencapai 60% bahkan hingga 80%. Oleh karena itu, manajemen kesehatan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dalam sistem usaha ternak.
Kerugian-kerugian ekonomi akibat ketidakfahaman manajemen kesehatan ternak meliputi :

(a) gangguan pertumbuhan (pertambahan bobot badan harian rendah)
(b) dewasa kelamin atau umur beranak pertama terlambat
(c) daya reproduksi terganggu
(d) efisiensi pakan rendah, dan
(e) kematian ternak.

Di dalam ilmu kesehatan selalu ada keterikatan antara 3 faktor yaitu tubuh (ternak), agen penyakit (mikroorganisme dan parasit), dan lingkungan (pemelihara, ternak lainnya, makan dan minuman, kandang, dan iklim). Apabila ketiga faktor tersebut dalam posisi seimbang maka tubuh (hewan) tersebut dikatakan sehat (tidak menunjukkan gejala sakit). Jadi sehat itu bukan berarti di dalam tubuhnya tidak ada penyakit, tetapi tubuh (pertahanan tubuh) mampu menetralisir penyakit tersebut sehingga tidak menunjukkan gejala penyakit. Gangguan atau perubahan pada salah satu faktor di atas akan menimbulkan gejala suatu penyakit, sehingga akan terjadi sakit. Dari ketiga faktor tersebut yang paling penting adalah pengendalian faktor lingkungan, karena perubahan lingkungan ke arah yang buruk akan meningkatkan kuantitas dan kualitas penyakit serta penurunan ketahanan tubuh.
Jumlah atau daya infeksi yang meningkat dari sebuah penyakit, sedangkan kondisi tubuh tetap, akan menimbulkan gejala penyakit karena pertahanan tubuh tersebut tidak mampu melawan peningkatan kuantitas dan kualitas penyakit. Sebaliknya, meskipun jumlah penyakit tidak meningkat tetapi pertahanan tubuh menurun, juga akan menimbulkan munculnya gejala penyakit. Peningkatan jumlah dan kekuatan penyakit serta penurunan pertahanan/kekebalan tubuh sangat dipengaruhi oleh lingkungan. Lingkungan yang kotor akan memudahkan peningkatan jumlah bibit penyakit. Perubahan iklim, perubahan tempat tinggal, dan adanya rangsangan dari luar akan menyebabkan hewan stress yang menyebabkan hewan mengalami penurunan ketahanan tubuh. Kondisi tersebut akan menyebabkan hewan sakit.
Dari pengertian di atas kita dapat menyimpulkan bahwa manajemen dan pengendalian kandang, orang yang berinteraksi (seperti pegawai kandang atau pemilik), hewan lain yang ada di kandang, pakan dan minuman, serta iklim merupakan langkah penting dalam pengendalian kesehatan ternak. Tindakan pengendalian faktor lingkungan biasa disebut dengan istilah biosecurity.
Sebuah contoh kasus pertanyaan tentang kembung bisa kita bahas secara singkat. Kita asumsikan bahwa dalam hal penanganan ternak yang kembung semua peternak sudah mampu menangani. Yang menjadi pertanyaan sekarang adalah bagaimana pencegahan kembung. Seperti penjelasan di atas bahwa jika menemukan satu kasus penyakit maka kita harus menelusurinya dari ketiga faktor di atas, yaitu : tubuh (ternak), penyakit, dan lingkungan.
Sebagai mana kita ketahui bahwa kembung adalah sebuah gangguan metabolisme di dalam tubuh, yaitu kelebihan gas di dalam lambung. Jika kita berbicara gangguan metabolisme berarti yang paling berpengaruh adalah makanan (lingkungan). Jadi yang perlu ditelusuri adalah lingkungan dalam hal ini makanan. Apa yang dimakan ternak sebelum terjadi kembung? Ada bahan apa di dalam makanan yang menyebabkan kembung? Pada kondisi bagaimana bahan tersebut bisa muncul? Bagaimana perlakuan kita terhadap makanan agar bahan penyebab kembung tersebut hilang atau berkurang sehingga tidak menyebabkan kembung?.

Pertanyaan-pertanyaan di atas akan menuntun kita melakukan langkah-langkah pencegahan. Misalnya yang dimakan ternak adalah rumput atau hijauan. Bahan yang ada di dalam hijauan yang menyebabkan kembung adalah gas. Gas tersebut akan diproduksi dalam jumlah banyak apabila hijauan masih berumur muda dan kandungan airnya tinggi atau hijauan dalam keadaan basah. Kandungan air yang tinggi akan memproduksi gas dalam jumlah banyak sehingga gas di dalam lambung meningkat dari kapasitas normalnya. Ada juga hijauan yang mengandung gas berbahaya tertentu seperti gas sianida pada daun singkong. Untuk mengurangi gas berarti harus mengurangi kadar air atau mengurangi kandungan gas berbahaya.

Langkah-langkah yang dapat dilakukan untuk mengurangi atau menghilangkan gas penyebab kembung adalah tidak memberikan langsung hijauan yang basah atau mengandung gas tertentu. Cara mengurangi atau menghilangkan gas tersebut bisa dengan cara dilayukan (dijemur) sampai kering agar kadar airnya menurun. Bisa juga dengan cara mencacah atau memotong-motong hijauan yang akan diberikan. Dengan langkah tersebut air atau gas berbahaya akan menguap dan berkurang, yang pada akhirnya akan mengurangi penimbunan gas di dalam lambung. Dengan langkah tersebut akan terhindar dari kemungkinan terjadinya kembung karena gas yang ada di lambung masih dalam tingkat kemampuan lambung untuk menampungnya dan akan dikeluarkan secara alami sedikit-demi sedekit.

Contoh tersebut bisa diterapkan pada kasus-kasus penyakit lainnya, baik penyakit infeksius (yang disebabkan oleh mikroorganisme) atau penyakit gangguan metabolisme. Jika penyakit infeksius yang terjadi, maka lingkungan yang perlu ditelusuri adalah kondisi lingkungan yang bisa menurunkan pertahanan tubuh (seperti stress, perubahan cuaca, perubahan makanan, perubahan kandang, dan sebagainya) dan kondisi lingkungan yang dapat meningkatkan jumlah atau kekuatan penyakit (seperti kandang yang kotor, sanitasi yang buruk, lalu lintas ternak sakit atau pegawai kandang yang membawa penyakit, atau penularan penyakit dari luar). Khusus pada penyakit infeksius dalam rangka pencegahan penyakit senantiasa untuk menjalankan program biosecurity secara ketat dan vaksinasi secara teratur jika dibutuhkan.

Jika semua peternak mampu menerapkan langkah-langkah prinsip pencegahan penyakit seperti di atas maka tidak akan pernah terjadi kasus penyakit yang muncul berulang kali dalam satu periode produksi. Kalau pun pernah terjadi maka akan menjadi data yang akan dijadikan rujukan dalam menentukan kebijakan pencegahan penyakit di masa yang akan datang. Dengan penurunnya kejadian penyakit berarti tingkat produksi akan meningkat dan tentunya secara ekonomi akan meningkatkan keuntungan usaha. Selamat mencoba. Wallaahu a’lam bishshawaab (AS).
sumber

Penyerentakan Birahi Pada Domba Untuk Meningkatkan Efisiensi Manajemen Perkawina


Penyerentakan birahi diperlukan agar perkawinaan dapat dilakukan serentak sehingga pemanfaatan pejantan dapat dilakukan secara optimal, saat kebuntingan dapat terjadi dengan serentak sehingga manajemen pakan jadi seragam, dan yang paling penting saat beranak menjadi serentak sehingga panen pun dapat dilakukan secara serentak. Dengan demikian terjadi suatu efisien tenaga kerja dan keperluan kandang beranak dan kandang pembesaran. Di Indonesia birahi pada domba terjadi setiap 16-17 hari sekali sepanjang tahun. Tidak seperti halnya di negara empat musim birahi pada domba hanya terjadi setahun sekali pada saat musim bunga. Penyerentakan birahi dapat dilakukan secara hormonal memanfaatkan preparat hormon "progestagen" dapat dalam bentuk spons ataupun "intravaginal device" yang disebut CIDR. Namun kedua preparat hormon tadi tidak tersedia di pasar Indonesia perlu diimpor dari Australia, New Zealand, Amerika atau dari Eropa, dengan demikian harganya menjadi sangat mahal untuk peternakan Indonesia. Untuk kondisi iklim Indonesia penyerentakan birahi pada domba dapat juga dilakukan secara alami. Teknologi yang dilakukan sangat mudah dan murah dapat dilakukan oleh siapapun juga yang mencintai ternak.

PENYIAPAN BETINA
Untuk mendapatkan hasil yang maksimal perlu dilakukan pemilihan betina-betina yang subur dan sehat. Domba yang subur ditandai dengan bentuk yang normal dari tubuhnya maupun alat kelamin serta ambingnya. Kalau domba betina itu seekor betina muda maka berat hidupnya haruslah tidak kurang dari 19 kg. hal ini diperlukan agar pada saat kawin tubuh domba telah dewasa dan semua organ reproduksinya telah siap untuk menerima kebuntingan. Domba yang baru saja menyapih anaknya, juga dapat dimasukan dalam kelompok ini. Walaupun ada kecendrungan pejantan untuk memilih betina yang lebih dewasa. Kalau jumlah domba cukup banyak sebaiknya memang dipisahkan antara dombabetina muda dengan domba betina dewasa. Kumpulkan dalam satu kelompok sekitar 20 ekor ternak betina dalam kandang tanpa penyekat dengan ukuran luas sekitar 20 m2 ( 4x5 m2 atau 3x6 m2 ). Biarkan domba ini dalam kandang tanpa pejantan sekitar satu bulan, dan beri makan secara cukup dan baik. Kira-kira empat bagian rumput dua bagian dedaunan. Bila hal ini terlihat domba menjadi lebih gemuk dan bulunya tampak lebih bersih dan berkilau.

PENYIAPAN PEJANTAN
Untuk perkawinan ini diperlukan pejantan yang sehat dan subur serta agresif. Perlu dilakukan pemeriksaan terhadap organ reproduksi pejantan meliputi testis yang besar dan bentuknya sama antara buah pelir kiri dan kanan serta mempunyai penis yang kokoh dan normal. Kaki kokoh dan tidak cacat. Pejantan ini bila didekatkan dengan betina dia tidak terlihat sangat agresif. Pejantan ini harus diberi makan yang cukup baik agar dapat melaksanakan tugasnya mengawini banyak betina (kurang lebih 20 ekor betina). Letakanpejantan ini dikandang yang jauh dari kandang betina yang akan dikawinkan. Kurang lebih 30 m jauhnya, sehingga memungkinkan dititipkan di kandang tetangga.

MASA PERKAWINAN
Betina yang normal masa birahinya bersiklus setiap 15-17 hari. Satukan pejantan yang telah disiapkan dengan betina yang juga telah disiapkan selama 2 siklus birahi. Pada hari pertama penyatuan antara betina dan pejantan ini, biasanya pejantan sangat agresif mengejar betina. Sementara biasanya betina belum ada yang birahi. Biarkan saja hal tersebut terjadi. Biasanya pada hari ketiga betina mulai tampak ada yang birahi dan mengejar-ngejar pejantan. Makanan pada saat ini harus cukup dan baik agar tidak ada ternak yang kelaparan dan kekurangan makan karena konsentrasi ternak terhadap makanan biasa kurang pada saat ini. Dengan demikian perlu upaya khusus agar makanan tetap ada dalam tempat makanannya. Setelah hari ke 34, ternak jantan dapat dikeluarkan, ditukarkan dengan pejantan tetangga yang sama baiknya. Kalau saat itu harga ternak baik dapat juga ternak ini dijual. Namun berarti untuk keperluan perkawinan yang akan datang kita perlu mencari lagi pejantan lain yang lebih baik.

PERAWATAN SELAMA KEBUNTINGAN
Dengan sistem penyerentakan birahi ini, umur kebuntingan kelompok ternak ini akan relatif sama, sehingga fase fisiologisnya juga sama. Dengan demikian perawatan selama kebuntingan menjadi lebih mudah karena kebutuhan pakan baik kualitas maupun kuantitas antara individu ternak yang satu dengan yang lainnya relatif sama. Pada saat kebuntingan induk memerlukan tingkat protein yang lebih tinggi. Untuk itu saat ini perlu diberikan 3 bagian rumput dan tiga bagian dedaunan . berat tubuh induk harus terus bertambah pada saat kebuntingan ini. Masa kebuntingan seekor ternak domba adalah sekitar 150 hari. Sekitar 6 minggu sebelum beranak kualitas pakan harus lebih ditingkatkan lagi. Untuk itu perlu ditambah dengan biji-bijian atau dedak padi sebanyak 2-3 gelas per ekor per hari. Pada saat ini ternak yang tidak bunting sudah dapat terlihat jelas. Dengan demikian ternak-ternak yang tidak bunting ini dikeluarkan dari kelompok ini. Beri pakan yang lebih rendah kualitasnya agar tidak terjadi pemborosan atau dapat juga dijual.

PERAWATAN SELAMA KELAHIRAN
Sekitar 150 hari setelah ternak dikawinkan maka kelompok ternak ini akan mulai menunjukan tanda-tanda kelahiran yaitu vulva membengkak mengeluarkan cairan bening yang kental, ternak mulai gelisah dan menggaruk-garuk lantai. Pada saat ini perlu perhatian khusus, untuk membantu apabila ada ternak yang mengalami kesulitan kelahiran, atau induk yang tidak mau menyusui anaknya. Ternak yang sudah beranak segera masukan ke dalam sekat dengan luas 1 x 1 m2, agar induk dan anak mempunyai hubungan khusus, tidak terganggu oleh induk lainnya. Biarkan dalam kandang bersekat ini selama tiga hari. Beri pakan secukupnya. Setelah tiga hari dapat digabungkan kembali dengan ternak lainnya.

PENJUALAN TERNAK LEPAS SAPIH
Produksi susu induk pada saat anak berumur 3 bulan sudah sangat menurun. Dengan demikian anak domba dapat disapih dari induknya pada umur 3-4 bulan. Setelah penyapihan ini anak domba dapat dijual kepada peternak lain yang ingin melakukan pembesaran/ penggemukan untuk selanjutnya dijadikan ternak yang siap dipotong. Apabila kita fasilitas modal yang cukup maka periode pembesaran ini dapat juga dilakukan oleh kita sendiri. Namun berarti kita sudah memperpanjang masa perputaran modal kita.

PERKAWINAN KEMBALI SETELAH BERANAK
Setelah anak disapih dari induknya, ternak betina ini perlu ditingkatkan kualitas dan kuantitas pakannya. Hal ini perlu dilakukan untuk mempersiapkan indukinduk ini untuk dikawinkan kembali. Seperti pada musim perkawinan yang lalu betina-betina ini kembali dikelompokan dalam satu kelompok termasuk betinabetina yang gagal bunting pada musim perkawinan yang lalu. Setelah dua minggu dalam kondisi pakan istimewa ini masukan pejantan biarkan selama 2 siklus birahi (34 hari). Demikian kegiatan ini dilakukan berulang seperti yang telah dilakukan pada musim perkawinan yang lalu.

KEUNTUNGAN PERKAWINAN DENGAN PENYERENTAKAN BIRAHI
Seperti telah kita perhatikan dengan seksama, untuk suksesnya suatu kegiatan pengembangan ternak domba diperlukan tahap-tahap yang runut. Sederhana, tetapi kalau tidak terencana dengan baik, tidak ada penyerentakan birahi, ternak kita dapat kawin kapan saja dan beranak kapan saja. Hal ini akan menyulitkan manajemen, perkawinan,manajemen pakan, manajemen kebuntingan, manajemen kelahiran sapih dan penjualan ternak yang tidak terprediksi jumlah maupun waktunya. Dengan sistem penyerentakan birahi ini kita dapat merencanakan kapan dan berapa jumlah ternak yang akan kita jual. Kapan dibutuhkan pakan dan berapa jumlahnya dan bagaimana kualitasnya. Apabila hal ini dilakukan dengan cara berkelompok dalam satu desa, akan lebih baik lagi. Dalam penjualan ternak kita akan dapat lebih hemat dalam biaya produksi karena dilakukan secara massal. Jumlah produksi ternak pun dapat direncanakan dengan baik, sehingga tidak ada kelebihan produksi di suatu saat dan kekurangan produksi di saat yang lain.
Penulis : Dr.Ismeth Inounu
Puslitbang Peternakan Bogor- Jabar
http://info-agronomi.blogspot.com

Selasa, 14 April 2009

EMAIL INDUK DOMBA

Saya bru memulai langkah2 kecil untuk beternak DomRut pak..Ada masalah dengan kurang berkualitasnya induk pak (kurang Subur) apakah bisa beli bibit induk unggul/ Betina hamil unggul dari peternakan bapak? Kalau bisa bagaimana prosesnya?

Luar biasa pak dengan semangatnya untuk mulai beternak Domba Garut. Terkait kendala yang Bapak alami yaitu mengenai kurang suburnya Induk maka beberapa masukan yang kiranya dapat Kami sampaikan terlebih dahulu adalah sebagai berikut: Apakah definisi kurang suburnya Induk yang Bapak maksud di sini adalah jumlah frequensi kelahiran yang dibawah normal? Induk Domba Garut Betina idealnya dapat melahirkan anak sebanyak 3 kali dalam periode 2 tahun. Atau yang dimaksud dengan kurang suburnya Induk oleh Bapak dalam hal ini adalah jumlah anak yang sedikit, misalkan per kelahiran hanya 1 ekor?

Bilamana yang dimaksud definisi kurang suburnya Induk oleh Bapak dalam hal ini adalah jumlah frequensi kelahiran yang masih dibawah normal, dalam arti frequensi melahirkan induk belum optimal sebanyak 3 kali dalam periode 2 tahun maka yang perlu diteliti terlebih dahulu adalah apakah saat mengawinkan induk domba betina dengan pejantan adalah sudah dalam waktu yang tepat? Induk domba betina akan mengalami kebuntingan setelah dikawinkan bilamana dalam kondisi birahi.



Cara yang paling mudah untuk mengetahui induk domba betina dalam keadaan birahi saat dikawinkan adalah manakala dinaiki oleh pejantan untuk kawin maka betina akan diam, artinya perkawinan tidak perlu dipegangi induk betinanya oleh petugas, sejujurnya Villa Domba saat mulai beternak dahulu sempat terjebak dalam kekeliruan ini, bahkan ada kejadian menggelikan di mana pekerja Kami berkata dan bersikukuh bilamana Domba Betina sudah Bunting karena sudah dikawinkan namun sudah 9 bulan tidak melahirkan.

Dalam bahasa ternak masyarakat tatar Sunda berlaku yang namanya istilah 3 B untuk melihat Birahi Domba Betina: Bareuh (Alat Kelamin Betina Bengkak), Baseuh (Alat Kelamin Betina Basah) dan Bereum (Alat Kelamin Betina Merah), namun gejala 3 B ini terkadang tidak muncul sempurna kesemuanya, olehkarenanya kembali cara yang paling mudah untuk mengetahui induk domba betina dalam keadaan birahi adalah saat dinaiki oleh pejantan untuk kawin maka betina akan diam, artinya perkawinan tidak perlu dipegangi induk betinanya oleh petugas. Dan artinya pula bilamana kondisi di atas yang terjadi pada induk domba betina yang Bapak miliki saat ini yaitu frequensi melahirkan induk belum optimal sebanyak 3 kali dalam periode 2 tahun maka mohon diteliti dahulu cara perkawinannya, punten, tidak lain ini dikarenakan di mana pernah ada seorang konsumen yang mengeluhkan kondisi yang sama kepada Saya dan bermaksud menjual induk betinanya untuk diganti dengan betina Villa Domba namun diurungkan setelah mengetahui bahwa petugas kandangnya selama ini keliru dalam mengawinkan domba betina.

Teliti juga umur induk domba betina dalam hal ini apakah masih masuk fase produktif atau tidak. Umur induk domba betina dapat dilihat dari struktur gigi yang dimiliki bilamana tidak ada recording kelahiran dari pemasok sebelumnya. Satu hal yang jelas di mana induk domba betina masih dapat terus produktif hingga usia 8 s.d 9 tahun dengan perawatan dan pemeliharaan yang baik. Betina yang terlalu gemuk pun rawan terhadap ketidaksuburan, istilah bahasa Sunda menyatakan Bajir.
Faktor Jantan pun berpengaruh terhadap keberhasilan kebuntingan induk domba, kasus yang terjadi di Villa Domba adalah pernah suatu waktu dikarenakan pejantan yang terlampau lelah mengawini induk domba untuk mengejar target produksi maka walaupun induk domba betina sudah birahi akan tetapi tidak terjadi kebuntingan. Selidik punya selidik ternyata sudah tidak sebandingnya antara jumlah populasi pejantan untuk mengawini induk domba betina di mana karena terlampau sering kawin maka kualitas spermanya kurang begitu baik.

Bagaimana dengan faktor kemungkinan yang kedua? Ketidaksuburan induk domba betina yang Bapak maksud di sini adalah jumlah anak yang sedikit, misalkan per kelahiran hanya 1 ekor akan tetapi sesuai siklus yaitu dalam 2 tahun dapat 3 kali melahirkan? Bilamana kondisi ini yang terjadi maka memang besar kemungkinan adalah faktor bibit. Namun kiranya perlu Saya sampaikan bilamana ada keuntungan juga dari sisi kualitas walaupun induk domba hanya melahirkan anak sebanyak 1 ekor per kelahiran dari sisi kuantitas, ukuran tubuh anak biasanya akan lebih besar untuk kelahiran tunggal dibandingkan kembar ataupun lebih dari 2.

Minggu, 15 Maret 2009

Sejarah & Perkembangan Inseminasi Buatan (IB)


INSEMINASI BUATAN (IB)/artificial insemination (AI) pada hewan peliharaan sudah lama sekali dilakukan sejak berabad-abad yang lalu. Dan perkembangan IB sekarang ini sudah semakin pesat dengan aplikasinya yang telah merambah kehampir semua jenis ternak di dunia, seperti ternak ruminansia (sapi, kambing, domba, kerbau), pseudoruminansia (kuda), nonruminansia (babi, kelinci), maupun unggas. Artikel tentang Teknologi IB pada ternak unggas “Pelestarian Plasma Nutfah” dan “IB pada Kambing dan Domba” sudah dijelaskan dalam artikel rubrik Teknologi SM edisi (22/12) tahun lalu dan rubrik Ragam (20/2). Meskipun IB pada unggas dan kelinci belum sepopuler pada ternak ruminansia, namun berdasarkan beberapa penelitian di dalam dan diluar negeri sudah bisa diaplikasikan. Lantas, bagaimana dan kapan sih awal mula teknik Inseminasi Buatan (IB) dimulai hingga sampai ke Indonesia?

Sejarah IB bermula dari kecerdasan seorang pangeran Arab yang sedang berperang pada abad 14 merasa kagum pada kuda jantan yang ditunggangi lawan karena berperawakan tinggi, gagah, dan larinya sangat cepat. Pada saat itu kuda betina yang ditunggangi sang Pangeran sedang birahi. Sang Pangeran yang cerdik selanjutnya mencuri semen (sperma bercampur plasma/cairan sperma) dalam vagina kuda betina musuh yang baru saja dikawinkan dengan kuda jantan unggul yang terkenal dengan performannya tinggi, gagah, dan mampu berlari dengan sangat cepat. Semen diambil menggunakan tampon kapas, kemudian dimasukkan dalam vagina kuda betinanya yang sedang berahi. Alhasil, kuda betinanya bunting dan akhirnya lahirlah kuda baru yang gagah, tinggi, dan sangat cepat larinya. Namun pada masa itu belum ada penelitian ilmiah atau catatan mengenai pelaksanaan IB menggunakan teknik tersebut.

Bapak Inseminasi
Setelah 3 abad berlalu, mulailah gencar dilakukan pengamatan reproduksi. Tahun 1677 Anthony Van Leeuwenhoek penemu mikroskop dan muridnya Johan Amm, bisa melihat sel kelamin jantan menggunakan mikroskop buatannya sendiri.. Mereka menyebut sel kelamin jantan yang tak terhitung jumlahnya tersebut dengan animalcules atau animalculae yang berarti jasad renik yang mempunyai daya gerak maju progresif. Sel kelamin jantan itu sekarang dikenal dengan spermatozoa. Satu tahun kemudian 1678 seorang dokter dan anatomi dari Belanda Reijnier (Regner) De Graaf menemukan folikel pada ovarium kelinci. Berdasarkan penemuan-penemuan tersebut, penelitian selanjutnya mengarah pada kawin suntik (IB).

Penelitian ilmiah pertama kali dalam bidang IB hewan piaraan (pet) dilakukan oleh ahli fisiologi dan anatomi asal Italia tahun 1780, yakni Lazzaro Spallanzani. Setelah sukses melakukan percobaan IB pada amfibi, dia terinspirasi untuk mencoba pada anjing peliharaannya yang tiba-tiba birahi menggunakan spuit lancip dan langsung dideposisikan ke dalam uterus. Setelah 60 hari inseminasi, lahirlah 3 anak anjing yang mirip induk dan pejantan yang diambil semennya. Tahun 1782, penelitian tersebut dilanjutkan oleh P. Rossi dengan hasil yang juga memuaskan.

Lazzaro Spllanzani juga membuktikan bahwa daya pembuahan (fertilisasi) semen terletak pada spermatozoanya, bukan pada cairan (plasma) semen. Tahun berikutnya 1803, Lazzaro Spallanzani menyumbangkan kembali keilmuannya tentang pengaruh pendinginan (pembekuan) terhadap viabilitas (daya hidup spermatozoa). Dia berhasil membuktikan bahwa semen kuda yang dibekukan dalam salju atau hawa musim dingin tidak selamanya membunuh spermatozoa, tetapi mempertahankannya dalam keadaan tidak bergerak dan bisa digerakkan kembali dengan dikenai panas (dicairkan). Sperma tersebut mampu bergerak hingga tujuh setengah jam. Berkat jasa-jasanya keilmuannya dalam bidang fisiologi reproduksi, Lazzaro Spallanzani mendapatkan kehormatan sebagai “Bapak Inseminasi”.

Sejarah IB di Eropa
IB di Eropa pertama kali diperkenalkan oleh seorang dokter hewan asal Perancis tahun 1890, yaitu Repiquet. Dia menjelaskan pemakaian teknik IB sebagai salah satu cara mengatasi kemajiran. Namun, hasil-hasil penelitiannya masih belum memuaskan. Kemudian Prof Hoffman dan Stuttgart dari Jerman mencoba mengatasi kegagalan tersebut dengan menganjurkan agar IB dilakukan pasca kawin alam. Caranya, vagina kuda yang telah dikawinkan alam dikuakkan, kemudian semen diambil dengan spuit. Semen dicampurkan dengan susu sapi untuk kemudian di IB-kan kembali pada kuda betina tersebut. Meskipun cukup berhasil, namun cara ini diakui banyak kelemahan dan kurang praktis dilaksanakan.

Tahun 1899, Direktur Peternakan Kuda Kerajaan Rusia yang berusaha memajukan peternakan menarik peneliti dan pelopor bidang IB yakni Ellia I. Evannoff untuk kemungkinan penggunaan IB. Ellia I. Evannoff selain berhasil mengembangkan ternak kuda juga sukses menginseminasi untuk pertama kalinya hewan ternak jenis sapi dan domba.

Tahun 1902, Sand dan Stripbold asal Denmark berhasil menemukan 4 konsepsi posisi IB yang tepat dari 8 ekor kuda betina yang di IB. Mereka menganjurkan penggunaan IB karena ekonomis penggunaan dan penyebarannya dari kuda yang berharga dan bisa memajukan peternakan pada umumnya. Kesuksesan terbesar hasil IB pertama kalinya diraih Askaniya-Nova (1912), menghasilkan 31 konsepsi (angka kebuntingan) dari 39 kuda betina yang di IB, sedangkan dengan kawin alam hanya 10 konsepsi dari 23 yang di IB.Tahun 1914, Geuseppe Amantea seorang Guru Besar Fisiologi Manusia di Roma, banyak melakukan penelitian tentang spermatozoatologi dengan hewan percobaan anjing, merpati dan ayam berhasil membuat vagina buatan pertama untuk anjing. Selanjutnya berkembang penelitian-penelitian membuat vagina buatan pada sapi, kuda, dan domba. Tahun 1926, Roemelle membuat vagina buatan sapi yang pertama kali, tahun 1931 Fred F. Mckenzie asal Amerika Serikat berhasil membuat vagina buatan pada domba dan kambing. Untuk memperlancar pelaksanaan IB, tahun 1938 Prof Enos J. Perry mendirikan koperasi IB yang pertama kali di New Jersey, Amerika Serikat.

IB semakin berkembang pesat sejak ditemukannya teknologi pembekuan semen beku sapi dalam bentuk straw tahun 1940 oleh Sorensen (Denmark) dan kemudian disempurnakan oleh Cassau dari Perancis. C. Polge, A.U. Smith dan A.S. Parkes dari Inggris tahun 1949, mampu menyimpan semen dalam waktu lama dengan suhu pembekuan mencapai -79 oC menggunakan dry ice (CO2 padat) sebagai pembeku dan gliserol sebagai pengawet sekaligus pencegah cekaman dingin (cold shock) yang dapat merusak membran sperma. Pembekuan ini disempurnakan lagi dengan ditemukannya Nitrogen Cair sebagai pembeku hingga suhu -169 OC dan hingga sekarang ini telah banyak digunakan di Balai Inseminasi Buatan di Indonesia menggunakan Bejana N2 cair (container).

Sejarah IB di Indonesia
IB di Indonesia pertama kali diperkenalkan oleh Prof B. Seit dari Denmark di Fakultas Hewan dan Lembaga Penelitian Peternakan Bogor. Kemudian, dalam program Rangka Kesejahteraan Istimewa (RKI) waktu itu, didirikanlah beberapa stasiun IB di beberapa daerah seperti Jawa Tengah (Ungaran dan Mirit/Kedu Selatan), Jawa Timur (Pakong dan Grati), Jawa Barat (Cikole/Sukabumi), dan Bali (Baturati). Aktivitas IB pada saat itu bersifat timbul-tenggelam yang berdampak pada kurangnya kepercayaan masyarakat akan IB. Tahun 1959, perkembangan dan aplikasi IB di daerah Bogor dan sekitarnya dilakukan oleh FKH IPB dengan menggunakan semen cair untuk memperbaiki mutu genetik sapi perah dan belum terpikirkan IB pada sapi potong seperti sekarang ini. Tahun 1965, kondisi keuangan negara, ekonomi, politik dan keamanan dalam negeri saat itu sangat memburuk dan berdampak juga pada berhentinya aktivitas IB.. Stasiun-stasiun IB yang telah didirikan sebelumnya hanya tinggal Ungaran yang bertahan.

Di Jawa Tengah, kedua Balai Pembenihan Ternak yang ditunjuk untuk melaksanakan IB sejak tahun 1953, di Mirit dengan tujuan Ongolisasi dengan semen Sumba Ongole (SO) dan Ungaran untuk tujuan menciptakan ternak serba guna terutama produksi susu menggunakan pejantan Frisien Holstein (FH). Namun, Balai Pembibitan Ternak Mirit kurang berhasil menjalankan tugasnya dan hanya Ungaran yang akhirnya pada tahun 1970 diubah menjadi Balai Inseminasi Buatan (BIB) Ungaran yang survive hingga sekarang ini.Ketidak suksesan IB antara tahun 1960-1970 disebabkan oleh bentuk semen yang digunakan masih berupa semen cair dengan waktu simpan terbatas dan memerlukan alat simpan besar, sehingga menyulitkan di lapangan. Disisi lain perekonomian ketika itu masih sulit, sehingga subsektor peternakan kurang diperhatikan.

Tahun 1969 dimulai pelaksanaan program REPELITA dan subsektor peternakan juga ikut dikembangkan. Pemerintah menyediakan dana dan fasilitas yang menunjang subsektor peternakan termasuk IB. Tahun 1973 pemerintah mendapatkan bantuan semen beku gratis dari pemerintah Inggris dan Selandia Baru. Tahun 1976, pemerintah Selandia Baru membantu pendirian Balai Inseminasi Buatan Lembang, Bandung Jawa Barat yang dikhususkan sebagai pusat produksi semen beku dalam negeri. Sapi-sapi jantan bangsa Eropa di datangkan langsung dari Selandia Baru, sedangkan pejantan Ongole dan Bali diambil dari Pulau Sumba dan Bali. Selanjutnya tahun 1977, mendirikan Pabrik semen beku di Wonocolo, Suranaya yang akhirnya dipindahkan ke Singosari, Malang Jawa Timur menjadi Balai Inseminasi Buatan Singosari. Produksi semen beku dalam bentuk ministraw makin meningkat dari tahun ke tahun dan disebarkan ke seluruh propinsi pelaksana IB di Indonesia.



Jumat, 16 Januari 2009

Seni Ketangkasan Domba Garut

Cuplikan Berita Tabloid Agrina


26 June 2007, Dari Arena Champ of The Champs
Irama musik tradisional Sunda mengiringi suara sinden di atas panggung. Beberapa orang lelaki bertopi koboi penggembira berjoget di pinggir lapangan. Sementara dua ekor domba di sudut-sudut lapangan yang berhadapan dipegang pawang masing-masing menunggu saat beradu.Tak lama kemudian, wasit meniupkan peluit tanda mulainya pertandingan ketangkasan. Dua ekor domba yang gagah, anggun, dan agresif melangkah mundur untuk mengambil ancang-ancang. Sang pawang pun bersiul kencang dan berteriak, lalu kedua domba itu berlari, saling mendekat, dan dug .. tanduk domba beradu. Penonton pun berteriak menyemangati. Suara pemilik dan penonton semakin riuh manakala benturan antara dua kepala domba ini semakin keras terdengar.


Suasana itu tampak pada acara lomba ketangkasan domba bertajuk “Champ of The Champs 2007” yang berlangsung di Kampus IPB Baranangsiang, Bogor, Jabar (17/6). Lomba ini diikuti 160 domba yang berasal dari berbagai daerah, seperti Cianjur, Cipanas, Bandung, Garut, Sukabumi, dan beberapa daerah di Jabar.Penilaian Lomba
Meski dalam ajang ini kepala domba saling beradu keras tapi tetap ada aturan yang memperhatikan keselamatan domba. “Wasit akan menghentikan pertandingan jika melihat salah satu domba sudah kesakitan atau belum sampai terjadi 20 kali tumbukan kepala,” kata Imam Soeseno, Ketua Panitia Penyelenggara. Dalam pertandingan ini juga ada batasan waktunya. “Jadi sebenarnya sulit untuk menentukan domba yang menang atau kalah karena jumlah tumbukannya dibatasi. Seni ketangkasan domba ini lebih bersifat hiburan dan pertunjukan kesenian tradisional daripada sebuah pertarungan menang-kalah,” tambah Imam. Tak jarang kedua domba yang dipertandingkan masih tampak segar bugar hingga pertandingan selesai.
Belum tentu pula domba yang menang dalam adu itu saat penilaian terakhir jadi juara. Pasalnya, unsur penilaian tidak hanya menang di arena aduan saja, tapi meliputi kesehatan, postur tubuh, teknik bertanding (langkah maju mundurnya), pukulan tanduk, dan keberanian. Domba yang dikonteskan dibedakan menurut kelasnya masing-masing. “Ada 3 kelas yang dikategori berdasarkan berat. Kelas A untuk domba dengan berat 80 kg, kelas B berat domba 80—65 kg dan Kelas C dengan berat 65 kg ke bawah,” urai Imam.



Agar Selalu Fit
Agar stamina domba selalu bugar kapan pun, perawatan adalah hal yang tidak boleh diabaikan. Menurut Haji Rahmat dari peternakan domba Mande Pakuan, perawatannya meliputi pemeliharaan kandang, pakan, dan beberapa suplemen vitamin.
Selain itu domba juara perlu dimandikan dan dicukur bulunya. Domba pun mengenal pedicure alias potong kuku kaki agar fisik dan kesehatannya selalu terjaga. “Ini merupakan perawatan standar yang harus dilakukan. Minimal 2 kali seminggu dimandikan, serta dicukur bulunya. Ini untuk menghindari serangan penyakit kulit dan kutu. Begitu pula dengan kukunya,” tambah Haji Rahmat, pemilik domba juara.
Beberapa peternak domba aduan, tambah Rahmat, juga memberikan jamu untuk hewan kesayangan mereka. Sedangkan untuk perawatan keseharian, domba yang dipersiapkan untuk aduan dijatah makanan yang bervariasi. Mulai dari rumput, labu siam, wortel, ampas tahu atau tempe, hingga singkong yang sangat bagus guna memnghasilkan tenaga.
Sama halnya manusia, domba-domba ini dilatih berlari dan berenang untuk mendapatkan otot tubuh yang kuat. Yang juga penting adalah latihan adu ketangkasan dalam berkelahi. "Yang paling pokok, persiapan fisik itu harus selalu menjadi perhatian, sebab mungkin lawan kita yang akan datang tidak sembarangan domba. Dan mereka pastinya juga mempersiapkan domba terbaiknya. Yah, minimal kita untuk mengimbangilah," tandas Rahmat.
Domba aduan, masih menurut Rahmat, telah mempunyai insting bertarung. Tak heran bila setiap berhadapan dengan domba lain, ada keinginan untuk menyerang. Oleh karena itu latihan diperlukan untuk mengasah keberanian dan ketangkasannya saat di arena pertandingan.
Di samping mengadu ketangkasan, arena “adu domba” juga menjadi ajang memperkenalkan budaya daerah, mempererat hubungan antara sesama peternak domba dengan saling bertukar ilmu cara beternak domba yang baik, dan sebagai wahana menyalurkan hobi. Tri Mardi Rasa.

http://dombagarut.blogspot.com/2007_07_01_archive.html

MEMULAI USAHA TERNAK PEMBIBITAN DOMBA GARUT

A PERSIAPAN KANDANG & LOKASI
Kandang yang disiapkan adalah Kandang Jenis Koloni & Kandang Baterai berlantai Panggung. Kandang Jenis Koloni diperuntukkan untuk Domba Garut Betina sedangkan Kandang Jenis Baterai diperuntukkan untuk
Domba Garut Jantan.
Kandang Jenis Koloni berisikan 10 ekor Domba Garut Betina. Kandang Jenis Baterai berisikan 1 ekor Domba Garut Jantan. Jumlah Total Kandang Jenis Koloni sebanyak 3 Kandang sedangkan Jumlah Total Kandang Jenis Baterai sebanyak 3 Kandang.
Penyediaan Sumber Pakan Hijauan Domba Garut di sekitar Kandang: Penanaman Rumput, Pepohonan dll.B

PEMBELIAN BIBIT INDUK DOMBA GARUT
Bibit Induk Domba Garut Jantan sebagai Tahap Awal sebanyak 3 ekor. Bibit Induk Domba Garut Betina sebagai Tahap Awal sebanyak 30 ekor. C PROGRAM PERKAWINANProgram Perkawinan yang dijalankan adalah dengan Metode Perkawinan Koloni. Induk Jantan ditempatkan Koloni dengan 10 Induk Betina selama 40 hari. Selepas 40 hari, Induk Jantan ditempatkan dalam Kandang Baterai sedangkan Induk Betina masih ditempatkan dalam Kandang Koloni. Siklus Birahi Domba Garut Betina adalah berlangsung 1 hari setiap periode 14 - 17 hari. Metode Perkawinan Koloni menjadikan Jantan akan kawin dengan Betina dalam Kondisi BirahiD PROGRAM

KELAHIRAN
Domba Garut Betina akan mengalami 150 hari (5 bulan) masa kebuntingan pasca perkawinan. Setelah 150 hari masa kebuntingan maka Domba Garut Betina akan melahirkan. Jumlah anak yang dilahirkan oleh Domba Garut Betina umumnya 1 s.d 4 ekor. Anak Domba Garut yang baru lahir umumnya memiliki Berat Badan lahir 3 s.d 5 Kg. Sebelum menginjak usia 5 bulan, anak Domba Garut ditempatkan dalam Kandang yang sama dengan Induknya. Baru pada usia menginjak 5 bulan maka anak siap disapih (Tidak Menyusui Lagi pada Induk). Berat Badan Anak Domba Garut saat disapih/ dipisahkan dari Induk yaitu antara 15 s.d 20 Kg. Induk Domba Garut Betina siap dikawinkan kembali setelah jarak 2 bulan dari Kelahiran

PROGRAM PAKAN
Pakan Domba Garut yang utama adalah Jenis Hijauan seperti Rumput, Dedaunan bisa pula Limbah Sayuran Pasar. Sebagai Pakan Tambahan dapat pula diberikan Ampas Tahu. Dalam 1 hari, 1 ekor Domba Garut Jantan/ Betina dewasa membutuhkan 6 Kg Hijauan. Bila memungkinkan, Ampas Tahu diberikan 1 Kg pada tiap harinya. Frequensi Pemberian Pakan adalah 3 Kg Hijauan pada pagi hari dan 3 Kg Hijauan pada sore hari, sedangkan Ampas Tahu sebanyak 1 Kg diberikan pada sore hari pula sebelum pemberian Pakan Hijauan. Harga Ampas Tahu berkisar antara Rp. 150,- s.d Rp. 250,- per Kg. Sedangkan Hijauan berupa Rumput atau Dedaunan dimungkinkan Zero Cost karena diperoleh dari Lingkungan sekitar
JUMLAH PEKERJA
Jumlah Pekerja yang ideal untuk Jumlah Populasi 33 ekor adalah 2 (dua) orang. Adapun Pekerja secara bergantian tiap harinya menjalankan 2 aktivitas utama:a Kegiatan Mencari Pakan Hijauan (Rumput atau Dedaunan)b Kegiatan Merawat Kesehatan Ternak & Menjaga Kebersihan KandangG KEGIATAN MENCARI RUMPUT ATAU DEDAUNANDalam 1 hari per ekor Domba Garut membutuhkan 6 Kg Hijauan, bilamana Populasi yang ada adalah 33 ekor maka Jumlah Hijauan yang dibutuhkan pada tiap harinya adalah 198 Kg, asumsikan di mana per 1 Karung dapat memuat 50 Kg Hijauan, maka Target Karung pada tiap harinya adalah 4 Karung untuk Hijauan di sekitar Lokasi Kandang
KEGIATAN MERAWAT KESEHATAN TERNAK
Memandikan Domba, Pencukuran Bulu Domba, Pemotongan Kuku Domba
KEGIATAN KEBERSIHAN KANDANG
Membersihkan Kandang dari Kotoran Ternak yang bermanfaat untuk Kesehatan Ternak. Kotoran Ternak diolah sebagai Bahan Baku Pupuk Organik.
PROSPEK & PELUANG PASAR
Anak Domba Garut Jantan usia 5 bulan dapat dijual dengan asumsi harga Rp. 500.000,- per ekor. Anak Domba Garut Betina usia 5 bulan dapat dijual dengan asumsi harga Rp. 400.000,- per ekor.
LANGKAH PENGEMBANGAN USAHA
Hasil Penjualan Anak Domba Garut Usia 5 bulan dapat dibelikan Bibit Induk Domba Betina baru. Pembelian Tahap-1 dibulan ke-10 usaha sebanyak 10 ekor dari Pendapatan Penjualan. Pembelian Tahap-2 dibulan ke-17 usaha sebanyak 10 ekor dari Pendapatan Penjualan. Bibit Induk Domba Garut Betina yang sudah ada sebelumnya dan sudah Hamil di Mitrakan kepada Petani untuk dirawat dan dipelihara. Tentunya ini merupakan suatu Keuntungan untuk menekan Biaya Pakan. Bibit Induk Domba Betina baru dimasukkan ke dalam Kandang Koloni untuk menggantikan Betina yang di Mitrakan kepada Petani. Bibit Induk Domba Betina yang ada di petani bilamana sudah melahirkan maka dapat dijual. Atas jerih payahnya, maka Petani Mitra mendapatkan perolehan Bagi Hasil dari Penjualan yang dilakukan. Induk Domba Betina yang sudah melahirkan maka kembali dikawinkan kembali di Kandang Petani dengan dipinjamkan Pejantan sementara waktu Usaha Domba Garut semakin berkembang di suatu Wilayah tentunya, Posisi bulan ke-24:
a Domba Garut Jantan = 3 ekor
b Domba Garut Betina = 50 ekor
c Anak Domba Garut Belum Sapih = 18 ekor
MANFAAT USAHA TERNAK DOMBA GARUT
Mensejahterahkan Petani di mana dapat memperoleh Penghasilan Tambahan, Menjaga Kelestarian Plasma Nutfah Indonesia dengan memperbanyak Jumlah Populasi, Menyuburkan Tanaman dengan adanya Kotoran Ternak Domba sebagai Bahan Baku Pupuk, Menjaga Kelestarian Lingkungan di mana sudah tentu harus dilakukan Penanaman Rumput atau Pohon Dedaunan yang menjadi Sumber Pakan Hijauan untuk Domba Garut.M FAKTOR YANG HARUS DIPERHATIKAN1 Peluang Pemasaran2 Kesiapan Sumber Daya Manusia3 Ketersediaan Stock Pakan Hijauan di Lingkungan Sekitar4 Kemampuan Modal

sumber : http://dombagarut.blogspot.com/2007_07_01_archive.html

Kamis, 15 Januari 2009

Kenali Warna Bulu, Tanduk & Domba Anda?

Sumber : Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat,
Bp. Deni Heriadi, Bp. Sugeng

Semakin menarik untuk mengenal ternak Domba Garut dengan lebih mendalam. Terlebih bilamana dikaitkan dengan upaya Sertifikasi yang dilakukan oleh Himpunan Peternak Domba Kambing Indonesia, Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat & Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran – Bandung, berikut kita akan coba bahas mengenai Sertifikasi dimaksud:


Sertifikasi difokuskan pada tempat-tempat yang dianggap menjadi daerah sumber bibit Domba Garut, khususnya pada Peternakan Domba Garut yang memiliki domba dengan kualitas di atas rata-rata atau memenuhi standar kualitas. Domba Garut yang diamati (Sampling Fram) adalah domba yang diperlihara oleh peternak anggoa HPDKI (Himpunan Peternakan Domba dan Kambing Indonesia) Jawa Barat, dengan asumsi Peternakan yang tergabung dalam kelompok profesi HPDKI, relative memiliki pengalaman beternak yang lebih maju, inovatif, serta memiliki kesungguhan dalam memelihara dan merawat domba. Sampel domba Garut di masing-masing wilayah atau desa sumber bibit ditentukan secara acak (random sampling).(Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat).


Pada kesempatan kali ini mari bersama kita bahas mengenai Sertifikasi Domba Garut Jantan, Standard Sertifikasi Domba Garut – Raja Pejantan, adapun untuk Betina akan diulas pada kesempatan lainnya:


Umur 18 – 24 BulanWarna Bulu VariasiTanduk,

Besar Kuat & MelingkarBerat Badan 57,74 kg s.d 90,50 kg

Panjang Badan, 63,41 cm s.d 81,00 cm

Lingkar Dada, 88,73 cm s.d 107 cm

Lebar Dada, 22,08 cm s.d 24,00 cm

Tinggi Pundak, 74,34 cm s.d 96,00 cm

Bentuk badan Baji, Selongsong

Bentuk muka cembung dan lebar, dahi lebar dan bangus benguk

Bentuk Telinga Rumpung (Panjang <>


1. Jenis Ekor :





Ekor beurit








Ekor Gabus








Ekor Bagong
2. Jenis Tanduk













Tanduk Gayor









Tanduk Sogong










Tanduk Golong Tambang













Tanduk Leang-Leang

3. Warna Tanduk

Warna Wulung Warna untuk Tanduk Domba Berwarna Hitam









Warna Cinta Warna untuk Tanduk Domba Berwarna Hitam, Kuning Keputihan

Warna Berumbun Warna untuk Tanduk Domba Berwarna Putih

Rabu, 07 Januari 2009

Belajar Materi Genetika

Belajar Materi Genetik bareng Dr Wildan Yatim, pakar genetika Universitas Padjadjaran, Bandung yuk….

INTI atau nukleus adalah organel terbesar dalam sel. Memiliki selaput yang terdiri dari dua lapis membran dan di antara kedua membran ada celah. Secara keseluruhan selaput ini jadi sekitar tiga kali tebal plasmalema.

Plasmalema sulit dilihat di bawah mikroskop cahaya karena tipisnya. Beda halnya dengan selaput inti, dibawah mikroskop tampak sangat jelas sehingga disebut karyotheca (karyon = inti; theca = selaput).

Inti berisi cairan yang lebih kental dari pada sitoplasma, disebut nukleoplasma. Dalam nukleoplasma terendam benang-benang halus yang terjalin-jalin, disebut kromatin (kroma = berwarna, tin = benang). Di bawah mikroskop tidak bisa kita melihat ujung pangkal tiap helai benang dan tidak bisa dihitung, sehingga tampak seperti benang kusut.

Inti berbentuk seperti bola. Di bawah mikroskop elektron akan tampak bahwa selaput inti itu banyak berlubang. Lubang-lubang itu disebut pori inti. Lewat pori itulah berbagai bahan keluar-masuk inti. Yang masuk ialah seperti energi dalam bentuk ikatan kimia yang disebut ATP, nukleotida, fosfat, hormo, enzim, dan protein bahan baku ribosom.

Yang keluar dari inti ialah RNA dan kedua subunit besar dan kecil ribosom. Kedua subunit ribosom itu dibikin dalam inti, setelah RNA yang disintesa oleh sekelompok gen gabung dengan bahan baku ribosom yang datang dari sitoplasma. Jumlah pori inti disesuaikan dengan kebutuhan. Ketika gen-gen sedang aktif mensintesa protein jumlah proti itu pun banyak. Satu pori bisa muncul pada suatu tempat dan nanti bisa hilang. Letak pori baru yang muncul pun bisa bergeser dari letak pori sebelumnya. Karena itu pori inti bersifat mobil.


KROMATIN adalah materi genetik, atau bahan sifat keturunan. Benang-benang ini dibina atas DNA dan protein. DNA terdiri dari sekitar 100.000 molekul, tersebar pada benang kromatin. Tiap molekul DNA secara fungsional disebut gen. Gen-lah yang membina unit materi genetis. Gen bekerja menumbuhkan dan memelihara aktivitas sifat keturunan atau karakter. Puluhan ribu jenis karakter dalam tubuh kita. Contoh karakter: bentuk rambut, warna rambut, sebaran bulu di tubuh, hormon insulin, hormon pertumbuhan, enzim pencerna protein, enzim pencerna glikogen, protein plasmalema, antibodi, sel tulang, sel darah, sel otot jantung, sel saraf, dan sebagainya.

Tiap karakter yang disebut di sini bisa dipecah atas beberapa karakter lagi. Misalnya, protein plasmalema, ada berupa reseptor glukosa, reseptor asam amino, gerbang terusan ion Na, K, dan Cl, reseptor hormon insulin, dan seterusnya. Pada umumnya tiap karakter ditumbuhkan dan dipelihara oleh satu gen.

Banyak penyakit atau kelainan berkaitan erat dengan kelainan materi genetik. Kelainan itu bisa terjadi karena perubahan menetap pada komposisi molekul DNA suatu gen, bisa pula pada benang kromatinnya. Perubahan pada DNA disebut mutasi titik, populer disebut mutasi saja. Sedangkan perubahan pada kromatin disebut mutasi besar, populer disebut aberasi.

Jika sel membelah atau berbiak maka lebih dulu kromatin akan mengganda jadi rangkap dua, lalu memendek dan menebal, berpuluh kali lebih pendek dan tebal dari sebelumnya. Dalam bentuk ketika sel sedang membelah itu kromatin disebut dengan nama kromosom (kromo = berwarna; som atau soma = badan). Barulah dalam bentuk kromosom materi genetik itu tampak jelas di bawah mikroskop cahaya. Dapat dihitung, dapat diamati ujung-pangkalnya, dapat diteliti dengan rinci perilakunya, dan dapat pula dianalisis kemungkinan terjadinya aberasi. Karena dalam bentuk kromosomlah baru dapat dianalisa aberasi pada materi genetik, maka untuk praktisnya benang-benang materi gentik dalam inti sel itu disebut saja kromosom.

DALAM satu sel setiap species (jenis) makhluk panjang kromosom itu bervariasi. Ada yang panjang sekali, ada yang sedang, ada pula yang pendek. Namun, dalam satu species variasi bentuk dan jumlah keseluruhan kromosom dalam sel adalah tetap. Kalau beda species beda pula jumlah kromosom.
Jumlah kromosom bervariasi antara berbagai jenis makhluk. Bakteri E.coli yang hidup menumpang dalam usus memiliki kromosom 1, cacing gelang (Ascaris) yang juga biasa hidup dalam usus memiliki 2, lalat buah 8, jagung 20, orangutan 48, gorila 48 juta, simpanse juga demikian, sedangkan manusia 46.
Melihat jumlah kromosomnya saja dapat ditarik kesan, bahwa manusia sekerabat dengan orangutan, gorila, dan simpanse. Dan memang kalau diamati susunan kromosom orangutan, lalu dibandingkan dengan susunan kromosom orang, terdapat banyak sekali kesamaan. Lalu kalau dianalisis susunan DNA gen-gennya lebih yakinlah kita bahwa orang memang kerabat dekat orangutan. Dalam perjalanan evolusi pada orang kromosom itu berkurang dua, mungkin ada kromosom yang pendek bergabung.
Dalam tiap sel tiap macam kromosom ada dua atau sepasang. Jumlah kromosom manusia 46, dan menurut macamnya ada 46/2 = 23 pasang. Kromosom yang sepasang atau semacam itu disebut homolog. Homolog dalam panjang dan bentuk, homolog pula kandungan serta letak gen-gennya. Kromosom yang berpasangan pada setiap individu itu yang sebelah diwarisi seseorang dari ibu, yang sebelah lagi dari ayah. Diwarisi dari ibu lewat sel telur, dan dari ayah lewat sperma.
Ingat, bahwa yang membuahi satu telur itu hanya satu sperma. Dalam indungnya telur itu mengalami proses pematangan sebelum keluar dan jatuh ke salurannya. Dalam proses pematangan itu terjadi pembagiduaan kromosom. Proses sama terjadi dalam pelir seorang ayah. tegasnya telur ibu mengandung 23 kromosom, sperma suami 23 pula. Jika telur dibuahi sperma terbentuk embrio yang sel-selnya mengandung 23 + 23 = 46 kromosom kembali.

IBARATKAN kromosom itu pasangan pakaian. Sepasang sepatu, sepasang sandal, sepasang tengkelek, sepasang kaus kaki, dan sepasang kaus tangan. Dalam proses pematangan telur dan sperma tiap pasang itu berpisah. Sepatu kiri pisah dengan sepatu kanan, sandal kiri pisah dengan sandal kanan, dan seterusnya. Maka dalam satu telur atau satu sperma yang sudah matang hanya terdapat sebelah-sebelah pakaian itu.Jadi jelaslah bahwa setiap individu di tengah masyarakat mengandung gabungan materi genetik pihak ibu dan pihak ayah. Lebih miripnya seorang anak dengan ayah atau dengan ibu, bergantung kepada kandungan gen pihak mana yang lebih dominan (berpengaruh) di masa embrio dan di masa pertumbuhan menjelang dewasa.Gen yang berpasangan dalam kromosom homolog itu memiliki pekerjaan yang sama untuk menumbuhkan sejenis karakter. Namun, karena terjadi mutasi pada salah satu kromosom, misalnya, diwarisi seorang ibu dari leluhurnya, maka gen mutant itu, disebut alel, bisa jadi dominan atau resesif terhadap alel pasangan yang normal atau belum bermutasi. Ia bersifat dominan jika bisa menutupi pekerjaan alel pasangan, dan bersifat resesif jika pekerjaannya ditutupi oleh alel dominan.

Di antara kromosom yang 23 pasang ada sepasang yang mengandung gen-gen pertumbuhan dan pemeliharaan seks, disebut kromosom seks atau gonosom. Yang 22 pasang lain disebut kromosom biasa atau autosom. Kromosom seks ada 2 macam: X dan Y. Pada wanita susunan kromosom seksnya ialah 2 X, tidak ada Y, disingkat dengan XX. Pada pria susunan kromosom seks ialah 1 X dan 1 Y, disingkat dengan XY. Maka simbol susunan kromosom seseorang individu biasa ditulis sbb: Angka di depan koma jumlah semua kromosom, di belakang koma susunan kromosom seks. Individu sehat/ normal diberi simbol: wanita = 46, XX, pria = 46X, Y. Ada orang yang jumlah kromosom seksnya 3, misalnya 2 X dan 1 Y, maka simbol susunan kromosomnya ditulis: 47, XXY.KROMOSOM Y adalah penentu seks pria. Jika hadir Y berapa pun banyaknya jumlah kromosom X dalam sel, maka orang itu berkelamin pria. Misalnya, ada pasien bersusunan 48, XXXY. Orang itu mestilah berjenis kelamin pria, meski kromosom X ada 3. Cuma perlu dicatat bahwa orang demikian mestilah memiliki kelainan pada alat kelamin. Untuk menetapkan seks bayi yang meragukan perlu diperiksa hadir-tidaknya kromosom Y dalam sel.

Untuk itu diambil 1 mililiter darah bayi, dikultur di laboratorium, dan diberi zat perangsang pembelahan. Setelah dua-tiga hari sel-sel darah itu membelah. Kromatin berubah jadi kromosom. Lalu ketika mau dipanen ke dalam kultur diteteskan kolkhisin. Zat ini merusak serat-serat yang akan memisahkan kromosom yang mengganda jadi dua, sehingga pembelahan berhenti. Berhenti ketika pembelahan sedang pada tingkat metafase.

Pada tingkat ini kromosom dalam besar maksimal dan yang rangkap dua belum berpisah untuk membentuk kromosom sel anak. Setelah panen hasil kultur diteteskan ke preparat. Di bawah mikroskop tampak kromosom sel-sel yang menyebar. Sebaran yang bagus difoto dengan mikrofotograf, yaitu mikroskop yang pada okulernya terdapat kamera. Filmnya dicuci-cetak sebesar 2x kartu pos, kromosom pada satu sebaran metafase digunting-gunting, dideretkan pada suatu blanko kariotipe (karyon = inti, tipe = susunan, bentuk). Ingat, bahwa pada foto ini tiap kromosom yang rangkap dua belum pisah, karena pembelahan dihentikan pada tingkat metafase.Banyak penyakit, seperti kelainan seks, kelainan jiwa, kemandulan, abortus berulang, dan kanker disebabkan kelainan pada materi genetik. Satu atau satu-dua kromosom. Karena itu untuk menegakkan diagnosa, untuk melengkapi diagnosa klinis, perlu dilakukan analisis kromosom pasien bersangkutan.

Itu memeriksa kelainan genetik yang berkaitan dengan aberasi kromosom. Bagaimana dengan kelainan/penyakit genentik yang berkaitan dengan mutasi gen? Untuk itu kita perlu melakukan analisis DNA pasien bersangkutan.Misalnya, diambil darahnya sebanyak 10 mililiter. Lalu DNA-nya dipisahkan dari bahan lain sel, seperti protein, enzim, RNA, asam lemak, dan sebagainya. Akan didapat endapan putih yang terdiri benang-benang halus, itulah DNA. Kita menyebutnya dalam praktikum ibarat memancing. Benang-benang itu dapat kita angkat dengan jara dan tampak dengan mata telanjang.Kemudian dilakukan analisis. Untuk itu benang-benang DNA-nya dipotong-potong dulu. Sebab tidak mungkin kita merentangkannya pada suatu preparat, karena panjang sekali. Kalau preparatnya itu agar atau kertas mungkin membutuhkan panjang berpuluh meter. Karena itu harus dipotong-potong dulu.

Dipotongnya bukan dengan gunting. Tetapi, dengan enzim, yang disebut enzim restriksi. Oleh enzim maka benang-benang DNA pada endapan tabung reaksi tadi jika dielektrophoresis dan diisap pada kertas saring, akan membentuk sederetan pita. Setiap pita terdiri dari jutaan fragmen DNA yang memiliki panjang fragmen tertentu. Dengan menggunakan preparat pita baku orang sehat dan normal, dibandingkan apakah ada pita yang letaknya berubah atau bertambah.

DARI memperbandingkan itu dapatlah dianalisis daerah gen mana yang mutasi. Tetapi pekerjaan ini sangat rumit dan lama. Untuk memudahkan DNA sampel dibubuhi penjejak atau probe. Probe ini biasanya radioaktif, terdiri dari potongan pendek DNA penyakit genetik tertentu. Jika probe diteteskan kepada pita hasil elektrophoresis maka pita yang banyak akan hilang, artinya tidak muncul dalam film autoradiografi.Pita yang ada hanya yang gabung (hibrid) dengan probe, karena bermuatan radioaktif. Jika pita ada berarti pasien mengidap penyakit yang ditest. Jika probe tak berhibrid dengan salah satu pita, berarti filmnya kosong, berarti pasien itu bukan menderita penyakit yang dimaksud.Probe dibuat untuk mentes berbagai penyakit genetik, seperti thalassemia, hemophilia, muscular dystrophy, phenylketonuria, leukemia, dan lymphoma. Probe itu dipasarkan oleh Laboratorium Genetika negara maju dan harganya mahal. Tes DNA kini juga dipakai untuk tujuan forensik atau kedokteran kehakiman. Seperti menetapkan kebenaran anak sah seorang ayah, atau apakah percikan darah kering yang ditemukan di tempat kejahatan milik tersangka.