Jumat, 16 Januari 2009

Seni Ketangkasan Domba Garut

Cuplikan Berita Tabloid Agrina


26 June 2007, Dari Arena Champ of The Champs
Irama musik tradisional Sunda mengiringi suara sinden di atas panggung. Beberapa orang lelaki bertopi koboi penggembira berjoget di pinggir lapangan. Sementara dua ekor domba di sudut-sudut lapangan yang berhadapan dipegang pawang masing-masing menunggu saat beradu.Tak lama kemudian, wasit meniupkan peluit tanda mulainya pertandingan ketangkasan. Dua ekor domba yang gagah, anggun, dan agresif melangkah mundur untuk mengambil ancang-ancang. Sang pawang pun bersiul kencang dan berteriak, lalu kedua domba itu berlari, saling mendekat, dan dug .. tanduk domba beradu. Penonton pun berteriak menyemangati. Suara pemilik dan penonton semakin riuh manakala benturan antara dua kepala domba ini semakin keras terdengar.


Suasana itu tampak pada acara lomba ketangkasan domba bertajuk “Champ of The Champs 2007” yang berlangsung di Kampus IPB Baranangsiang, Bogor, Jabar (17/6). Lomba ini diikuti 160 domba yang berasal dari berbagai daerah, seperti Cianjur, Cipanas, Bandung, Garut, Sukabumi, dan beberapa daerah di Jabar.Penilaian Lomba
Meski dalam ajang ini kepala domba saling beradu keras tapi tetap ada aturan yang memperhatikan keselamatan domba. “Wasit akan menghentikan pertandingan jika melihat salah satu domba sudah kesakitan atau belum sampai terjadi 20 kali tumbukan kepala,” kata Imam Soeseno, Ketua Panitia Penyelenggara. Dalam pertandingan ini juga ada batasan waktunya. “Jadi sebenarnya sulit untuk menentukan domba yang menang atau kalah karena jumlah tumbukannya dibatasi. Seni ketangkasan domba ini lebih bersifat hiburan dan pertunjukan kesenian tradisional daripada sebuah pertarungan menang-kalah,” tambah Imam. Tak jarang kedua domba yang dipertandingkan masih tampak segar bugar hingga pertandingan selesai.
Belum tentu pula domba yang menang dalam adu itu saat penilaian terakhir jadi juara. Pasalnya, unsur penilaian tidak hanya menang di arena aduan saja, tapi meliputi kesehatan, postur tubuh, teknik bertanding (langkah maju mundurnya), pukulan tanduk, dan keberanian. Domba yang dikonteskan dibedakan menurut kelasnya masing-masing. “Ada 3 kelas yang dikategori berdasarkan berat. Kelas A untuk domba dengan berat 80 kg, kelas B berat domba 80—65 kg dan Kelas C dengan berat 65 kg ke bawah,” urai Imam.



Agar Selalu Fit
Agar stamina domba selalu bugar kapan pun, perawatan adalah hal yang tidak boleh diabaikan. Menurut Haji Rahmat dari peternakan domba Mande Pakuan, perawatannya meliputi pemeliharaan kandang, pakan, dan beberapa suplemen vitamin.
Selain itu domba juara perlu dimandikan dan dicukur bulunya. Domba pun mengenal pedicure alias potong kuku kaki agar fisik dan kesehatannya selalu terjaga. “Ini merupakan perawatan standar yang harus dilakukan. Minimal 2 kali seminggu dimandikan, serta dicukur bulunya. Ini untuk menghindari serangan penyakit kulit dan kutu. Begitu pula dengan kukunya,” tambah Haji Rahmat, pemilik domba juara.
Beberapa peternak domba aduan, tambah Rahmat, juga memberikan jamu untuk hewan kesayangan mereka. Sedangkan untuk perawatan keseharian, domba yang dipersiapkan untuk aduan dijatah makanan yang bervariasi. Mulai dari rumput, labu siam, wortel, ampas tahu atau tempe, hingga singkong yang sangat bagus guna memnghasilkan tenaga.
Sama halnya manusia, domba-domba ini dilatih berlari dan berenang untuk mendapatkan otot tubuh yang kuat. Yang juga penting adalah latihan adu ketangkasan dalam berkelahi. "Yang paling pokok, persiapan fisik itu harus selalu menjadi perhatian, sebab mungkin lawan kita yang akan datang tidak sembarangan domba. Dan mereka pastinya juga mempersiapkan domba terbaiknya. Yah, minimal kita untuk mengimbangilah," tandas Rahmat.
Domba aduan, masih menurut Rahmat, telah mempunyai insting bertarung. Tak heran bila setiap berhadapan dengan domba lain, ada keinginan untuk menyerang. Oleh karena itu latihan diperlukan untuk mengasah keberanian dan ketangkasannya saat di arena pertandingan.
Di samping mengadu ketangkasan, arena “adu domba” juga menjadi ajang memperkenalkan budaya daerah, mempererat hubungan antara sesama peternak domba dengan saling bertukar ilmu cara beternak domba yang baik, dan sebagai wahana menyalurkan hobi. Tri Mardi Rasa.

http://dombagarut.blogspot.com/2007_07_01_archive.html

1 komentar: