Rabu, 31 Desember 2008

Daging PMK….

PMK? Pemadam kebakaran? Daging pemadam kebakaran ? Apa maksudnya. Bukan. PMK adalah Penyakit Mulut dan Kuku. Yang saya maksud daging PMK, adalah daging dari hewan yang menderita penyakit mulut dan kuku.

Mungkin tidak banyak yang tahu bahwa Indonesia adalah salah satu negara yang bebas Penyakit Mulut dan Kuku (PMK), dan apa konsekuensi dari status bebas tersebut. Untuk memperoleh status bebas ini, Indonesia menghabiskan banyak usaha, tenaga, waktu, dana yang sama sekali tidak sedikit. Sebagaimana diketahui kerugian yang ditimbulkan akibat PMK juga sangat besar. Untuk diingat, bagaimana Inggris berusaha keras mengatasi masalah PMK-nya dengan menghabiskan banyak biaya, tenaga, waktu dan berusaha bangkit akibat larangan ekspor dari semua negara di dunia bahkan dari negara tetangga eropa. Tentu saja kerugian yang ditanggung amat sangat besar.

Dengan status bebas dari PMK ini, maka Indonesia tidak boleh ada bahan/produk asal hewan atau olahan asal hewan yang berasal dari negara yang tidak bebas dari PMK. Hal ini karena pada negara yang bebas PMK akan mempunyai tingkat risiko yang sangat tinggi untuk tertular dari bahan/produk asal hewan atau olahan asal hewan. Dari beberapa perhitungan bila terjadi wabah PMK maka Indonesia akan mengalami kerugian setidaknya belasan triliun, selain dampak-dampak lain kematian hewan, tenaga kerja, larangan ekspor.Kondisi ini harus disadari oleh semua masyarakat selaku konsumen, pelaku bisnis, para politisi dan petugas yang berwenang, untuk menjaga agar Indonesia tetap bebas PMK. Tentu dengan melaporkan bila menemukan produk asal hewan yang berasal bukan dari negara yang bebas PMK, tidak mengimpor bahan asal hewan yang berasal dari negara yang belum bebas PMK, para petugas berwenang bekerja dengan baik untuk pemeriksaan dan tidak bisa disuap, pemusnahan daging sitaan juga harus dilakukan dengan baik (tidak hanya dibuang di tempat penampungan sampah), para politisi juga demikian tidak mem”back up” pelaku-pelaku bisnis yang nakal.

Saya sangat setuju bila para penyelundup bahan/produk asal hewan yang tidak bebas PMK dikatagorikan sebagai teroris. Karena akibat perilakunya akan menyebabkan kesengasaraan yang luar biasa dan kerugian yang sangat besar terhadap negara ini. Bisa diyakini goncangan, bila terjadi wabah PMK di Indonesia akan lebih besar dari “BOM BALI”.

Kegemukan pada hewan kesayangan

Dewasa ini dengan semakin banyak dokter hewan praktek, semakin banyak pula orang memelihara hewan kesayangan, terutama anjing dan kucing. Dan semakin hari anjing dan kucing ini bukan sekedar menjadi hewan penjaga rumah atau menjaga agar tidak banyak tikus di dalam rumah. Namun paradigma pemeliharaannya sudah berubah dan terus bergeser menjadi bagian dari keluarga. Artinya anjing dan kucing pun punya tempat di dalam rumah dan seringkali makan dan tidur bersama dengan pemiliknya.

Karena menjadi bagian dari keluarga seringkali kita menjadi lupa bahwa kucing dan anjing adalah hewan. Hewan tersebut mempunyai kebiasaan dan pola makan yang tidak sama dengan kita, manusia. Selain itu hewan kesayangan kita juga seringkali diperlakukan sebagai “manusia”, termasuk pola atau gaya hidup yang dijalani pemilik.
Problematika yang timbul berkaitan dengan perubahan pola pemeliharaan tersebut saat ini semakin banyak hewan kesayangan mengalami kegemukan bahkan obesitas. Disadari atau tidak anjing atau kucing yang gemuk lebih disukai dengan alasan “lucu”, atau kadang pemilik tidak menyadari bahwan hewan kesayangannya kegemukan. Padahal dengan kondisi demikian akan menimbulkan risiko-risiko penyakit, sama seperti pada manusia atau pemiliknya. Dan belakangan in semakin banyak kasus-kasus penyakit yang muncul akibat kegemukan yang diderita hewan kesayangan.
Kegemukan bahkan obesitas akan menimbulkan risiko hewan mengalami, gangguan jantung dan hipertensi, penyakit-penyakit metabolik dan hormonal, gangguan lokomosi dan gangguan perkemihan dan reproduksi serta berbagai penyakit lain.

Penyebab yang paling sering adalah pemberian pakan yang berlebihan, baik karena persepsi (membei makan adalah cara berkomunikasi degan hewan) atau kadang untuk menutupi rasa bersalah atau rasa sayang yang berlebihan. Dan yang paling berpengaruh adalah sedentary lifestyle( pola hidup modern yang tidak banyak bergerak dan lebih banyak makan dan minum). Selain itu memang jenis kelamin betina lebihberisiko mnejadi gemuk, sterilisasi pada hewan baik kastrasi ataupun ovariohisterketomi atau pemberian kontrasepsi hormonal. Semakin sedikit hewan yang dipelihara maka risiko menjadi gemuk semakin besar.

Sayangi hewan anda dengan menjaga kondisinya agar tidak terlalu gemuk bahkan obesitas, sebab akan menimbulkan penyakit atau gangguan fungsi tubuh. Dengan memberikan pakan dengan prosi yang cukup serta berimbang dan berolah raga (exercise), maka hewan kesayangan anda akan sehat dan tidak perlu datang dan berobat ke dokter hewan.

Pentingnya kolostrum bagi neonatus

Kolostrum dikenal juga dengan sebutan beestings, first milk atau immune milk. Kandungan kolostrum ini sangat berbeda dengan susu (biasa). Kandungan kolostrum juga berbeda pada spesies hewan yang berbeda.
Anak ruminansia atau pemamah biak lahir dalam keadaan tidak mempunyai kekebalan. Sebetulnya hal ini disebabkan dari tipe plasentasi hewan tersebut, sehingga menyebabkan materi-materi kekebalan tidak bisa ditransfer oleh induk ke dalam tubuh janin via plasenta. Dalam kondisi yang demikian, Tuhan menciptakan jalur lain transfer kekebalan dari induk ke anak adalah melalui kolostrum. Itu sebabnya materi-materi kekebalan yang hendak diberikan kepada anak disiapkan seluruhnya di dalam kolostrum.


Dengan cara demikian, tubuh anak ruminansia menyesuaikan untuk menerima kekebalan dari induk via kolostrum (saluran pencernaan). Sistem pencernaan anak dibuat khusus untuk dapat menerima kekebalan via kolostrum, termasuk epitel usus di dalam saluran pencernaan sehingga dapat mengabsorbsi materi kekebalan yang berukuran “raksasa”, ratusan kilodalton. Dimana dalam kondisi normal usus hanya dapat mengabsorbsi materi yang berukuran beberapa kilodalton saja. Namun demikian kondisi khusus ini hanya sebentar saja, 18-24 jam pasca lahir, dan dalam 6 jam pertama sebetulnya telah terjadi penurunan kemampuan menyerap materi-materi kekebalan yang nyata. Setelah itu sel-sel usus akan berganti dan mempunyai fungsi sebagaimana umumnya. Konsentrasi imunoglobulin dalam serum neonatus mencapai puncak pada 12-24 jam pertama, setelah itu menurun karena proses katabolisme. Oleh sebab itu pastikan neonatus memperoleh kolostrum yang baik dan cukup segera setelah lahir, lebih baik dalam 6 jam pertama. Kandungan materi kekebalan di dalam kolostrum bila diberikan pada waktu lain (diluar 24 jam pertama tersebut) akan dicerna dan diabsorbsi sebagai makanan biasa dan tidak mempunyai makna kekebalan.

Kolostrum juga mengandung sumber energi yang sangat tinggi untuk kebutuhan energi neonatus. Perlu diketahui bahwa anak ruminansia dan terutama anak babi (selain ruminansia) mempunyai kandungan glikogen yang sangat terbatas saat dilahirkan, disamping itu juga dilengkapi dengan lemak coklat yang tidak banyak. Oleh sebab itu cadangan energi yang dimiliki juga tidak bisa digunakan untuk jangka waktu yang lama. Sumber energi kolostrum bisa berupa laktosa atau gula susu dan lemak. Hewan-hewan di daerah dingin atau kutub (beruang kutub, anjing laut, singa laut, walrus) memiliki kadar lemak kolostrum atau susu yang sangat tinggi, hal ini juga untuk memenuhi kebutuhan anak hewan tersebut akan sumber energi yang tinggi, yang umumnya digunakan untuk mempertahankan suhu tubuh.

Selain itu kolostrum juga dilengkapi dengan mineral, terutama kalsium yang tinggi. Anak ruminansia dilahirkan dalam kondisi yang “matang” . Bisa dipahami, karena beberapa menit setelah lahir dia bisa berdiri dan berlari. Pada beberapa jam pertama bahkan sudah bisa berlari mengikuti induk hingga beberapa kilometer. Mineral yang penting dalam sistem lokomosi atau pergerakan hewan adalah kalsium. Kebutuhan ini berbeda dengan anak karnivora, sehingga kolostrum karnivora pun tidak melengkapi kalsium setinggi pada herbivora. Dan tentu saja juga tidak sama kebutuhannya dengan bayi, anak manusia.

Anak ruminansia yang tidak memperoleh kolostrum yang cukup, akan mudah menderita penyakit-penyakit infeksius akibat kekurangan kekebalan tubuh. Kondisi ini dikenal sebagai failure pasive transfer. Penelitian juga menyatakan bahwa pemberian kolostrum yang tidak cukup baik karena kualitas dan jumlah kolostrum induk, atau akibat ketidakmampuan anak mengkonsumsi dan mengabsorbsi kolostrum akan menyebabkan anak ruminansia mengalami masalah dengan pertambahan berat badan, penurunan produksi susu saat laktasi kelak, bahkan kematian akibat kelaparan terutama pada anak kambing. Anak kambing biasanya dilahirkan “kembar” (2 ekor). Bila induk melahirkan lebih dari 2 ekor biasanya ada satu anak yang menjadi korban kekurangan nutrisi dan bila tidak dirawat khusus maka bisa dipastikan dalam waktu tidak lama akan terisisih, kelaparan serta menemui ajal (biasanya yang tidak dominan).

Pastikan anak hewan terutama ruminansia memperoleh kolostrum yang baik dan cukup. Pada anak hewan yang bermasalah dalam memperoleh kolostrum yang baik dan cukup (induk sakit, induk mati, induk tidak mempunyai sifat keibuan yang baik, partus prematur, anak tidak dapat menyusu dengan baik, dll) maka dapat diberikan melalui botol atau diambilkan kolostrum dari induk yang lain dari spesies yang sama. Ada laporan terjadi kematian pada anak kambing akibat mengkonsumsi kolostrum sapi. Dari 105 ekor 61,9 mengalami anemia dan 40 persen yang lainnya mati. Hal mana sebetulnya membuktikan bahwa kolostrum masing-masing hewan hanyak cocok dan baik untuk masing-masing anak hewan.

sumber : http://triakoso.blog.unair.ac.id/page/11/

Stress dan Kualitas Daging

Judul di atas mungkin membuat bingung sebagian orang. Adakah hubungan antara stress dan kualitas daging. Tentu saja kualitas daging yang dimaksud adalah berasal dari ternak. Jelasnya adakah hubungan antara stress yang diderita ternak dan kualitas daging yang dihasilkannya.

Sumber-sumber stress pada ternak bisa terjadi lama sebelum ternak dipotong dan bersifat kronis, menjelang hewan dipotong atau sesaat sebelum pemotongan. Nutrisi, iklim, cuaca, kelembaban, ketakutan, transportasi, pemuasaan, pemaksaaan perlakuan (digelonggong/minum air) dan lain-lain merupakan sumber-sumber stress pada ternak potong.

Respon jaringan terhadap stress bergantung kemapuan ternak mengatasi stress dan mekanisme mempertahankan homeostasis. Perbedaan respon ini dapat diketahui dari kondisi daging. Daging PSE (pale, soft, exudative atau pucat, lembek dan berair) adalah kondisi akibat sistem peredaran tidak mampu mentrasportasikan timbunan asam laktat otot, sehingga ternak tidak mampu mempertahankan kondisi fisiologisnya. Akibat lainnya adalah pH daging menurun. Daging PSE berhubungan dengan peningkatan susut masak dan penurunan jus daging.

Sementara bila hewan dapat mengatasi kondisi stress, bila dipotong akan menghasilkan daging yang gelap (merah), keras dan kering, atau DFD (dark, firm, dry). Daging DFD disebabkan oleh defisiensi glikogen otot sesaat sebelum pemotongan, sehingga proses glikolisis berlangsung sangat lambat, produksi laktat dan penurunan pH otot menjadi sangat minimal.

Oleh sebab itu pada hewan-hewan potong, maka sebelum potong dilakukan istirahat. Hal ini dalam upaya untuk membuat sapi atau hewan potong lain nyaman, terbebas dari lelah dan tidak stress. Perlakukan ini juga akan menurunkan kadar asam laktat otot sehingga daging PSE dapat minimalkan. Selain itu perlakuan-perlakuan yang manusiawi atau hewani terhadap hewan potong ini juga berpengaruh pada kondisi stress yang timbul sebelum pemotongan. Membawa hewan ke area pemotongan, menjatuhkan hewan dan proses menyembelih yang tidak legeartis atau tidak seusia kaidah (menggunakan alat yang kurang tajam) akan menyebabkan hewan mengalami stress, kesakitan dan menghasilkan daging yang kurang bagus.

Stress kronis, perlakukan lain dalam upaya pemalsuan seperti sapi digelonggong atau dipaksa minum air bahkan ditambahkan pasir dan lain-lain dengan tujuan sapi menjadi lebih berat, juga menyebabkan hewan stress, sekaligus memperlakukan hewan secara tidak manusiawi atau hewani. Pada akhirnya juga akan mempengaruhi kualitas daging yang dihasilkan.

Oleh sebab itu sangat perlu memperlakukan hewan potong dengan baik, meskipun dia akan dipotong (mati). Istirahat, membawa ke area pemotongan dengan baik, menjatuhkan hewan dengan baik, menggunakan alat yang tajam akan membuat hewan cepat mati dan tidak stress yang pada akhirnya juga akan menghasilkan daging yang berkualitas.

Fakta kebiri dini berdasarkan riset

Saat ini klien mempunyai pilihan lain untuk mengambil keputusan melakukan kebiri pada hewan kesayangannya, yaitu melakukan kebiri dini. Kebiri dini dilakukan sebelum seekor hewan mencapai dewasa kelamin. Dan memang beberapa tahun yang lalu dan barangkali hingga saat ini masih ada pandangan yang tidak mendukung dilakukannya kebiri dini pada hewan kesayangan.Hal-hal yang selalu menjadi perdebatan adalah antara memilih kebiri dini atau kebiri “tradisional” (kebiri yang dilakukan pada umumnya, setelah hewan mencapai dewasa kelamin) adalah berkaitan dengan risiko terjadinya obstruksi saluran kemih pada kucing jantan, inkontinesia uriner pada anjing betina, risiko obesitas, dampak pada sistem kekebalan, pertumbuhan yang terhambat atau tidak normal, dan perivulvar dermatitis akibat vulva infantil. Karena itu pada saat saya menjadi mahasiswa, kebiri dini merupakan hal yang dilarang (tidak dianjurkan). Dan yang sangat disarankan adalah menunggu hewan kesayangan mencapai dewasa kelamin atau menjalani satu siklus reproduksi.Namun, beberapa penelitian yang dilakukan memberikan kenyataan-kenyataan baru yang ternyata tidak semua yang dikuatirkan dulu menjadi kenyataan pada hewan kesayangan yang dikebiri dini.
Sistem kekebalan.
Penelitian terdahulu menyatakan bahwa kebiri dini akan menigkatkan risiko penyakit infeksius terutama Parvovirus, namun hal ini akhirnya terbantahkan dalam penelitian selanjutnya dan lebih merupakan masalah tatalaksana saja. Risiko terjadinya infeksi khususnya Parvovirus harus dikelola dengan baik terutama pada hewan yang masih muda. Anak anjing harus dipelihara dengan baik, terutama harus sudah mendapat 2 kali vaksinasi pertama untuk mencegah terjadinya penyakit. Penelitian lain juga menyatakan terjadinya penurunan sedikit terhadap gingivitis dan asthma pada kucing yang dikebiri dini dibanding kucing yang dikebiri tradisional, anmun tidak berbeda pada anjing.
Pertumbuhan tulang.
Kekuatiran akibat kebiri dini adalah terhambatnya pertumbuhan tulang. Hal ini dapat dimaklumi karena salah satu faktor dalam pertumbuhan tulang adalah hormon estrogen. Bila dilakukan kebiri dini terutama pada hewan betina maka sumber estrogen yang berasal dari ovarium akan hilang dan mengganggu pertumbuhan tulang. Namun dari penelitian hal ini tidak berpengaruh terhadap laju pertumbuhan tulang meski terjadi perlambatan penutupan tulang. Pada anjing dan kucing kebiri dini tidak berpengaruh pada pertumbuhan tulang, meski pada kucing justru pertumbuhan tulang lebih panjang dibanding kelompok yang tidak dikebiri dini ataupun tanpa dikebiri. Penelitian jangka panjang dan dengan jumlah yang lebih besar (lebih dari 1660 sampel) tidk terjadi peningkatan risiko fraktur ataupun arthritis pada anjign yang dikebiri dini. Namun hewanyang dikebiri dini terjadi peningkatan risiko mengalami hip displasia. Namun demikian, kelompok yang dikebiri tradisional juga terjadi hip displasia dan harus dieuthanasia karena keparahannya tiga kali lebih besar dibanding kelompok yang dikebiri dini.
Obesitas.
Telah dipahami bahwa hewan yang dikebiri akan mengalami penurunan tingkat metabolisme dan cenderung mudah mengalami peningkatan berat badan dibanding hewan yang tidak dikebiri. Dan kecenderungan tersebut harus diwaspadai lebih besar pada hewan yang dikebiri dini. Namun demikian berdasarkan penelitian tidak ada perbedaan body condition score antara hewan yang dikebiri dini dan dikebiri tradisional.Anatomi penis dan vulva. Perivulvar dermatitis berkaitan dengan higenitas yang buruk dan obesitas dan tidak berhubungan dengan kebiri dini. Meskipun ukuran penis ataupun preputium lebih kecil dibanding hewan yang dikebiri pada umur yang umum namun tidak ada perbedaan kondisi medis pada hewan yang dikebiri dini dan dikebiri tradisional.

Pertolongan pertama bila terjadi perdarahan

Hewan kesayangan dapat mengalami kondisi kritis bila mengalami perdarahan akibat kehilangan darah. Perdarahan seringkali terjadi akibat trauma. Bila perdarahan terus terjadi dan tidak berhenti, hewan dapat mengalami shock. Kehilangan darah kira-kira 2 sendok teh tiap berat badannya dapat menyebabkan shock.Teknik menghentikan perdarahan luarTekanan langsungDengan lembut tekan area perdarahan menggunakan ped (perban, kain atau kaos yang bersih). Agar praktis ped dilipat berbentuk persegi empat. Biarkan darah membeku. Jika darah masih tampak mengalir atau merembes, jangan lepaskan kain atau kaos tersebut. Tambahkan lagi kain atau kaos agar tekanan menjadi lebih kuat. Kompres atau ped tersebut dapat diikat menggunakan perban sehingga kita tidak perlu memeganginya terus menerus.Tekanan langsung pada luka adalah langkah yang paling sering digunakan untuk menghentikan perdarahan.

Mengangkat jika terjadi perdarahan hebat pada kaki, dengan perlahan angkat kaki agar melebihi ketinggian jantung. Mengangkat kaki ditujukan untuk melawan tekanan gravitasi, sehingga juga mengurangi tekanan pada daerah yang terluka dan diharapkan perdarahan yang terjadi berlangsung lambat. Mengangkat ini sangat efektif untuk hewan-hewan yang berukuran besar, dan mempunyai kaki yang lebih panjang, sehingga juga mempunyai jarak yang lebih jauh dari jantung. Akan lebih baik lagi bila dikombinasi dengan tekanan langsung pada area yang mengalami perdarahan.
Tekanan pada arteriJika perdarahan luar masih berlanjut meski telah ditempuh dua cara diatas, perlu dilakukan tekanan menggunakan ibu jari atau jari pada arteri utama yang berhubungan dengan perdarahan tersebut. Pada kaki belakang dapat menekan arteri femoralis yang terletak di bagian medial femur atau paha. Pada kaki depan dapat menekan arteri brachialis yang terletak di bagian medial kaki depan. Bila perdarahan terjadi pada ekor dapat menekan arteri kaudalis atau koksigealis yang terletak di pangkal ekor bagian dalam. Selanjutnya lakukan tekanan langsung.
Tekanan di atas atau dibawah daerah perdarahanTeknik ini dapat dilakukan atau dikombinasikan pada teknik tekanan langsung. Tekanan di atas daerah perdarahan ditujukan untuk menghentikan perdarahan dari arteri, sedangkan tekanan di bawah daerah perdarahan ditujukan untuk mengentikan perdarahan dari vena.

TourniquetPenggunaan tourniquet sangat berbahaya atau berisiko. Teknik ini dapat digunakan pada kondisi yang sangat genting. Gunakan kain dengan lebar kira-kira 3 cm atau lebih atau selang plastik kecil. Ikatkan kain atau selang plastik tersebut di atas daerah perdarahan, kemudian selipkan tongkat pada tali tersebut. Selanjutnya putar tongkat tersebut hingga tali mengikat erat pada daerah perdarahan dan perdarahan berhenti. Usahakan agar tali tidak kendor kembali dengan mengikatnya dengan tali yang lain. Ikatan tersebut harus dilepaskan atau dikendurkan selama 15 sampai 20 detik tiap 20 menit. Pastikan hal tersebut dilakukan, bila tidak maka kaki anjing anda tidak bisa pulih bahkan harus diamputasi karena terjadi kerusakan jaringan akibat penggunakan tourniquet. Jadi gunakan teknik ini sebagai pilihan terakhir.

Perdarahan dalam

Perdarahan dalam bersifat fatal dan sangat mengancam jiwa hewan kesayangan. Hal ini karena perdarahan yang terjadi tidak tampak dari luar. Ada beberapa hal yang dapat membantu mengenali adanya perdarahan dalam.

  • Hewan tampak pucat. Lihat selaput konjungtiva atau gusi hewan.
  • Kaki-kaki atau ektrimitas terasa dingin, demikianjuga pada telinga dan ekor.
  • Hewan akan mengalami eksitasi atau cenderung sangat diam

Bila ditemukan tanda-tanda di atas, maka sesegera mungkin bawa hewan kesayangan anda ke dokter hewan atau ke rumah sakit hewan terdekat untuk mendapat pertolongan.

Ingat : perdarahan dalam tidak tampak dari luar dan sangat berbahaya.

sumber : http://triakoso.wordpress.com/2008/11/08/pertolongan-pertama-perdarahan/#comment-18

Selasa, 30 Desember 2008

Sistem digesti anakan ruminansia

Seperti kita tahu, ruminansia atau hewan pemamah biak mempunyai lambung majemuk. Hal ini berarti lambung ruminansia lebih dari satu buah, yaitu rumen, retikulum, omasum dan abomasum. Pada ruminansia dewasa, rumen adalah bagian lambung yang paling besar. Di antara lambung-lambung tersebut lambung sejatinya adalah abomasum, di mana dalam abomasum terjadi proses pencernaan sebagaimana lambung monogastrik lain, karena abomasum menghasilkan cairan lambung (gastric juice).Pertanyaannya, apakah anak ruminanisa dilahirkan dalam kondisi pencernaan sebagaimana ruminansia dewasa. Tidak.

Saat dilahirkan abomasum bayi ruminansia berukuran 70% dari keseluruhan lambung majemuknya, sangat kontras dengan kondisi saat dewasa dimana abomasum hanya 8% dari total volume lambung majemuknya.Pada bayi ruminansia, sistem digestinya mirip dengan sistem digesti monogastrik. Pada fase prerumiansia ini, pakan cair akan masuk melalui esophageal groove, satu lekukan sehingga makanan langsung masuk ke dalam abomasum tanpa melalui lambung depan (rumen, retikulum, omasum). Abomasum ini secara fisik dan biokimiawi mampu mencerna bahan pakan utama pedet yaitu susu. Pada masa preruminansia ini,abomasum mensekresi renin. Renin mempunyai kemampuan menjendalkan susu dan memisahkkannya menjadi kasein dan whey.Whey masuk ke dalam duodenum dalam 5 menit setelah minum susu, sementara kasein akan tetap berada di dalam abomasum. Renin adalah enzim proteolitik dan bertanggung jawab terhadap pemecahan jendalan susu tersebut pada pedet yang berumur sangat muda sebelum enzim tersebut digantikan oleh pepsin. Jendalan kasein mengalami degradasi secara bertahap oleh renin dan atau pepsin serta asam klorida dan secara partial perncernaan protein ini akan berlangsung selama 24 jam. Setelah masuk ke dalam intestinum maka enzim yang lain akan berperan untuk mencerna bahan pakan tersebut.Enzim-enzim seperti tripsin, kimotripsin dan karbopeptidase yang disekresikan oleh pankreas serta peptidase lain yang disekresi intestinum kemudian bahan pakan telah menjadi asam amino akan dilanjutkan dengan absorpsi di dalam usus halus.Pergantian renin oleh pepsin secara gradual di dalam abomasum terjadi dengan semakin dewasanya pedet. Aktifitas renin mencapai puncaknya pada pH 4, sedangkan optimum pH pepsin adalah 2. Walaupun sudah ada, aktifitas pepsin sangat rendah hingga pedet berumur 3 minggu. Setelah itu terjadi peningkatan pepsin karena pedet juga mulai mengkonsumsi pakan selain susu. Sebelum pedet dapat mencerna nonmilk protein (tanaman, hewani atau ikan), cairan abomasum harus mencapai pH 2 agar pepsin dapat berfungsi secara optimal.


Aktifitas enzim-enzimLaktase. Laktosa adalah sumber nutrisi utama pada bayi ruminansia. Laktosa harus dipecah menjadi glukosa dan galaktosa agar dapat diabsorpsi dan dimanfaatkan tubuh. Laktase adalah enzim yang disekresi sel-sel mukosa intestinal dan berperan dalam menghidrolisa atau memecah laktosa. Laktase tersedia cukup di dalam intestinal ruminansia yang baru lahir. Neonatal ruminansia umur 1 hari mempunyai laktase dengan derajat aktifitas maksimal pada mukosa intestinal. Aktifitas laktase ini akan semakin menurun dengan bertambahnya umur anak ruminansia, hingga pada akhirnya tidak berperan sama sekali. Penurunan ini mungkin dipengaruhi oleh faktor genetik dan atau hormonal.Maltase. Maltase adalah enzim yang dapat mencerna amilosa menjadi maltosa. Neonatal ruminansia hampir tidak mempunyai enzim maltase. Baru pada umur 7 hari, mulai ditemukan aktifitas enzim ini, itupun dalam jumlah yang sangat sedikit. Berdasarkan kadar gula darah pasca mengkonsumsi pakan, digesti sumber gula pada saluran pencernaan bagian belakang rumen pedet sangat rendah dibandingkan digesti laktosa. Oleh karena rendahnya kadar atau aktifitas amilase dan maltase pada pedet maka ini berarti hampir tidak ada aktifitas pencernan sumber gula (starch).Sukrase. Pedet hampir tidak mempunyai aktifitas enzim sukrase saat lahir dan berkembang sedikit sekali dengan bertambahnya umur. Hal ini sangat berbeda dengan babi, dimana terjadi perkembangan aktifitas sukrase 2-3 minggu setelah lahir dan sangat efisien untuk mencerna sukrosa. Pada pedet preruminansia, sudah mulai terdapat aktifitas sukrosa oleh mikroba intestinal, tapi penggunaan lebih lanjut dari hasil digesti tersebut masih belum banyak diketahui.

sumber : http://triakoso.wordpress.com/2008/10/29/sistem-digesti-anakan-ruminansia/

Kamis, 18 Desember 2008

Periode siklus ternak

Semoga bermanfaat. Tahukah anda bilamana periode siklus birahi hewan ternak domba betina cenderung memiliki frequensi yang berulang? Seperti yang kita ketahui sebelumnya di mana birahi hewan ternak domba adalah menjadi faktor penting keberhasilan perkawinan (Domba yang tidak birahi ketika dikawinkan maka tidak akan mengalami kebuntingan). Terimakasih kepada saudara Alam Yanuardi selaku manajer peternakan Villa Domba yang berkenan membantu pengamatan penulis ini.

Awal kasus adalah ketika seekor domba betina dikawinkan pada tanggal 08 bulan Oktober tahun 2006, dengan lama kehamilan selama 5 bulan maka domba tersebut melahirkan anak pada tanggal 05 bulan Maret tahun 2007. Sebagaimana aturan yang berlaku maka domba betina tersebut kembali akan dikawinkan pada bulan Juni tahun 2007 selepas masa istirahat selama 3 bulan. Namun kondisi lapangan yang terjadi ternyata tidak demikian, karena lemahnya pengamatan birahi yang dilakukan oleh pekerja pada saat itu maka sampai dengan akhir bulan Juni tahun 2007 status domba betina dimaksud masih belum dikawinkan kembali. Alasan pekerja adalah domba tidak menampakkan gejala birahi. Belajar dari kasus tersebut maka Saya bersama saudara Alam mencoba menguji apakah siklus birahi domba betina akan kembali muncul dengan frequensi yang berulang.Langkah pertama yang dilakukan adalah dengan menambahkan periode deret sebanyak 15 hari dari tanggal kawin pertama (Tgl. 08 bulan Oktober tahun 2006 + 15 hari…….dst). Dari penambahan tersebut maka akan didapat tanggal 20 bulan Juli tahun 2007. Hasil pengamatan dan pengujian adalah domba tepat mengalami birahi sempurna pada tanggal 20 bulan Juli tahun 2007. Kondisi yang serupa terjadi pada domba betina lainnya dengan selisih hari 2 s.d 3 hari. Manfaat apa yang semoga dapat diperoleh dari pengamatan ini? Tentunya ini menjadikan bila proyeksi pertumbuhan populasi domba sebenarnya dapat diprediksi dengan pengontrolan dan pencatatan yang baik. Mengandalkan pengamatan dan pengalaman visual manusia saja belumlah cukup tanpa didukung pengontrolan pencatatan yang baik sebagaimana pengalaman yang Kami alami. Pencatatan tentunya haruslah dibuat sederhana untuk mempermudah pelaksanaan lapangan. Mohon bantuan peneliti yang lebih ahli atas pengalaman yang Kami alami ini.
Tabel di atas adalah yang biasa Kami buat untuk memprediksi tanggal perkawinan domba betina selanjutnya agar dalam kondisi birahi. Siklus Birahi Domba adalah 15 – 17 hari pada umumnya. Tanggal Pengamatan Pertama adalah A + 210 hari. Tanggal Pengamatan Kedua adalah A + 211 hari dan Tanggal Pengamatan Ketiga adalah A + 212 hari. Masukkan domba betina dalam kandang koloni pada periode tanggal dimaksud atau coba dikawinkan dengan domba jantan. Semoga bermanfaat.

Domba Garut

LATAR BELAKANG

Usaha ternak domba di Kabupaten Garut telah lama diusahakan oleh petani ternak di pedesaan yang hampir tersebar di seluruh kecamatan di Kabupaten Garut, baik sebagai usaha pokok maupun usaha sampingan yang dipadukan dengan usaha tani. Oleh karena itu keberadaan usaha ternak domba dapat memberikan kontribusi nyata terhadap tingkat kesejahteraan masyarakat dalam memanfaatkan sumberdaya alam. Dilihat dari rata-rata tingkat kepemilikan ideal, dimana skala pemilikan ideal adalah 20 – 50 ekor per peternak. Ternak domba umumnya dipelihara secara tradisional yang berfungsi sebagai tabungan, sumber pupuk kandang serta sumber pendapatan sebagai hewan kesayangan., rata-rata tingkat kepemilikan umumnya rendah yaitu dibawah 10 ekor per keluarga petani. Hal tesebut tidak mengurangi nilai keberadaan ternak domba di masyarakat karena keterampilan petani ternak tersebut dapat diandalkan bila mereka diberi motivasi usaha dan tingkat permodalan yang memadai. Hal ini karena selain cocok dengan lingkungan setempat juga sudah akrab dan menjadi tradisi yang turun temurun dengan masyarakat petani di daerah, khusus Domba Garut sebagai domba tangkas atau sebagai hewan kesayangan, biasanya dipelihara oleh mereka yang memiliki tingkat permodalan yang kuat, karena harga domba tersebut sangat memiliki harga yang mahal dan unsur seni serta keindahan yang ditonjolkan.

Sejalan dengan keberadan ternak domba yang beredar dimasyarakat selama ini, maka Pemerintahan kabupaten Garut menjadikan ternak domba sebagai komoditas unggulan serta menjadi kebanggaan nasiaonal karena memiliki

khas yang tidak dimiliki oleh jenis/bangsa domba lainnya di dunia. Domba Garut banyak dipelihara dipedesaan oleh para peternak di Jawa Barat, karena domba tersebut lahir dengan perkembangan usaha sampai sekarang bahwa Domba Garut banyak tersebar di luar Jawa Barat seperti Sumatra Utara, Jawa Tengah namun perkembangannya belum menggembirakan. Salah satu keistimewaan ternak Domba Garut yaitu ternak domba jantan dengan anatomi tanduknya yang bermacam-macam, tubuhnya serta tempramen/sifat-sifat yang spesifik sebagai domba adu dan terkenal dengan domba tangkas dan sekarang lebih dikenal dengan domba laga, karena domba adu memiliki konotasi yang kurang baik di masyarakat. Dikatakandomba tangkas karena memiliki seni ketangkasan yang dipaduan dengan seni pancak silat, dan dikatakan domba laga karena berlaga dilapangan yang menarik perhatian orang banyak serta memiliki unsur seni yang indah dipandang. Setelah berdirinya himpunan Peternak Domba Garut Kambing Indonesia (HPDKI) istilah “adu” dihilangkan karena untuk tidak mengasosiasikan kata “adu” dengan permainan judi. Sebagai seni khas kebudayaan Jawa Barat terutama masyarakat Priangan, sejak jaman dahulu sampai sekarang dikenal dan digemari oleh masyarakat banyak, hal ini karena sebagai seni dan hiburan yang murah meriah.

SENI KETANGKASAN DOMBA GARUT
Seni ketangkasan Domba Garut merupakan salah satu kegemaran tersendiri yang disenangi serta ternak domba Garut dapat dikategorikan sebagai hewan kesayangan serta hewan kebanggaan. Domba Garut dipelihara secara khusus artinya dengan perlakuan dalam pemeliharaannya secara khusus terutama dalam membentuk tanduk agar memiliki temperamen yang indah dan kelihatan gagah, sehingga tercipta motto tentang domba garut yaitu “Tandang di Lapang, Gandang di Lapang, Indah Dipandang serta Enak Dipanggang”.Seni ini merupakan ajang kontes dalam memilih bibit sebagai raja dan ratu bibit ternak domba Garut, karena setiap event pertandingan ternak domba yang bagus sangat mendapat sorotan setiap peternak dan penggemar, dengan sendirinya bahwa ternak tersebut memiliki harga yang sangat tinggi. Perlombaan atau kontes ternak ini merupakan tempat berkumpulnya par peternak dan pemilik, para penggemar, tokoh Domba Garut serta perkumpulan organisasi profesi yang dihimpun dalam wadah HPDKI (Himpunan Peternak Domba Kambing Indonesia).

Pemeliharaan Domba Garut sebagai domba tangkas (laga) telah sejak lama dilakukan oleh para peternak,penggemar ketangksan domba dengan perlakuan yang sangat istimewa serta kepemilikan domba tersebut dahulu disebut “juragan”. Peternak pemelihara harus memliki nilai jiwa seni yang khusus serta akrab dengan domba. Berbagai upaya dan pengorbanan para peternak Domba Garut semata-mata diarahkan untuk menciptakan keunggulan Domba Garut pejantan di arena perlombaan (ketangkasan), sebab domba laga yang unggul akan menyandang gelar juara serta mendapart nilai jual yang melonjak tinggi. Karena ternak Domba Garut merupakan bagian dari ternak seni, maka setelah Domba Garut tandang di lapang, salah satu kegembiraan yang diraih oleh pemiliknya atau pelatihnya, ketika domba tersebut mengalunkan seni sesuai irama ketukan kendang. Dalam seni ketangkasan domba jarang terjadi kecelakaan pada ternak domba apalagi sampai terjadi cacat atau mati, sebab setiap pertandingan selalu diawasi oleh :

• Dewan Hakim
• Dewan Juri
• Wasit
Domba Garut sebagai domba tangkas atau domba laga terbagi atas kelas-kelas, yaitu :
• Kelompok kelas A dengan berat badan 60 – 80 kg ;
• Kelompok kelas B dengan berat badan 40 – 59 kg ;
• Kelompok kelas C dengan berat badan 25 – 39 kg.

Demikian pula pukulan-pukulannya dibatasi menurut pembagian kelas masing-masing, umpamanya kelas A sebanyak 25 pukulan, kelas B sebanyak 20 pukulan dan kelas C sebanyak 15 pukulan. Selain dari pada pembagian kelas tersebut, ada pula pembagian khusus yang disebut kelas pasangan, kelas pasangan dikhususkan domba yang mempunyai criteria kesamaan warna bulu, tinggi, berat badan, keserasian tanduk, keserasian gaya pukulan dan keserasian lainnya. Untuk kelas ini jumlah pukulannya ditentukan 20 – 25 pukulan. Dasar penilaian dalam pertandingan inilai dari pukulan, gaya bertanding, ketangkasan dalam bertanding, keindahan fisik, kelincahan dan stamina. Untuk keturunan yang bagus, anak domba jantan umur satu minggu sudah kelihatan bakal tanduknya, seiring dengan bertambahnya umur domba bertambah besar pula tanduknya. Pada saat pertumbuhan, tanduk itu tidak keluar langsung dan indah. Untuk menjadikan seperti yang diharapkan memerlukan suatu ketelatenan dan kemahiran dalam merawat tanduk. Beberapa pengalaman para peternak dalam merawat tanduk domba diantaranya sebagai berikut :

a. Agar tanduk berwarna hityam mengkilap, biasanya digosok dengan kemiri ;
b. Untuk membentuk tanduk yang simetris, dipanaskan dahulu kemudian diurut sambil dibentuk ;
c. Untuk melatih kekuatan, keindahan tanduk diberi latihan beradu 1 (satu) minggu sekali ;
d. Rambut / bulu di sekitar tanduk dibersihkan ;
e. Pencukuran bulu dilakukan secara rutin serta dibentuk tampak kelihatan gagah.
Pendekatan yang ditempuh adalah bagaimana memberikan pengertian kepada para peternak terutamadikeluarkannya kebijakan pemerintah, khususnya Pemerintah Kabupaten Garut agar keberadaan dan kelestarian seni ketangkasan Domba Garut memiliki nilai budaya yang dapat diakui oleh segenap masyarakat, bahwa seni ketangkasan ini bukan “NGADUKEUN DOMBA” tetapi seni yang dimilki oleh ternak domba yang harus dimodifikasi dan citra adu domba dengan sendirinya harus hilang dalam pandangan masyarakat luas.
Sejalan dengan pemahaman di atas bahwa yang harus dilakukan sebagai unsure seni adalah mengubah suasana adu domba yang tidak jelas keberadaannya dihimpun dalam wadah atau tatanan atauran dalam meningkatkan nilai tambah sebagai prestasi domba dan peternaknya. Hal tersebut perlu dilakukan sosialisasi pemahaman terhadap seni ketangkasan yang mencerminkan nilai-nilai budaya dan prestasi sehingga seni ketangkasan Domba Garut merupakan komoditi yang dapat dijual unsure seninya. OLeh karena itu diperlukan peranan pemerintah serta kumpulan peternak yang dihimpun dlam organisasi HPDKI dalam meningkatkan keberadaan Domba Garut agar mampu berkiprah dalam meningkatkan pendapatan peternak sehingga peternak domba lebih maju, efisien dan tangguh untuk menambah devisa daerah.

SPESIFIKASI TERNAK DOMBA GARUT

Menurut para pkar domba seperti Prof. Didi Atmadilaga dan Prof. Asikin Natasasmita, bahwa Domba Garut merupakan hasil persilangan antara domba local. Domba Ekor Gemuk dan Domba Merino yang dibentuk kira-kira pada pertengahan abd ke 19 (±1854) yang dirintis oleh Adipati Limbangan Garut, sekitar 70 tahun kemudian yaitu tahun 1926 Domba Garut telah menunjukan suatu keseragaman. Bentuk tubuh Domba Garut hampir sama dengan domba lokal dan bentuk tanduk yang besr melingkar diturunkan dari Domba Merino, tetapi Domba Merino tidak memiliki “insting” beradu. Berat badan domba dapat mencapai 40 sampai 80 kg. Menurut beberapa ahli, bahwa Domba Garut selain memilki keistimewaan juga sebagai penghasil daging yang sangat baik dalam upaya meningkatkan produksi ternak domba. Jenis Domba Garut tergolong jenis domba terbaik, bahkan dalam perdagangannya dan paling cocok serta menarik perhatian banyak masyarakat, mudah dipelihara oleh petani kecil karena relative lebih mudah pemeliharaannya dan lebih cepat menghasilkan serta mudah diuangkan.

SEJARAH DOMBA GARUT
Domba Garut sesuai namanya berasal dari Kabupaten Garut tepatnya di daerah Limbangan, kemudian berkembang dan kini menyebar ke seluruh pelosok Jawa Barat khususnya dan seluruh Indonesia umumnya.Bentuk umum Domba Garut, tubuhnya relatif besar dan berbentuk persegi panjang, bulunya panjang dan kasar, tanduk domba jantan besar dan kuat serta kekar (ini merupakan modal utama dalam seni ketangkasan domba. Keistimewaan dengan tanduk yang besar melingkar ke belakang dan bervariasi, badan padat, agresivitasnya tinggi sehingga memilki temperamen yang dindah dan unik. Ciri khas Domba Garut yaitu pangkal ekornya kelihatan agak lebar dengan ujung runcing dan pendek, dahi sedikit lebar, kepala pendek dan profil sedikit cembung, mata kecil, tanduk besar dan melingkar ke belakang. Sedangkan betina tidak bertanduk, telinga bervariasi dari yang pendek (ngadaun hiris) sampai yang panjang dan memiliki warna bulu yang beraneka ragam. Domba Garut banyak dijumpai memiliki daun telinga rumpung, sedangkan yang memiliki daun telinga panjang dikenal dengan domba “BONGKOR”
Untuk mendapat Domba Garut yang baik harus dimulai dari betina yang kualitasnya sangat bagus, pejantan dari keturunan Domba Garut memiliki performa yang baik pula. Para tokoh domba memelihara Domba Garut memiliki karakter yang berbeda dalam merawatnya mulai dari anakan sampai dewasa (siap tanding).Anak Domba Garut yang dipilih untuk dijadikan domba tangkas harus diberikan latihan beradu dan berlaga di lapangan, tanpa diberi pelatihan Domba Garut tersebut tidak akan memiliki unsure seni di lapangan, sehingga tidak indah dipandang ketika berlaga, yaitu mengenai langkah mundur dan langkah maju atau dengan kata lain “Tembragan” atau tubrukannya tidak baik. Sampai sekarang Domba Garut tetap memiliki unsur seni yang digemari dan merupakan ternak kebanggaan masyarakat Jawa Barat. Domba Garut sebagai domba kesayangan, setiap hari minggu selalu diadakan kontes atu pemidangan di setiap daerah di Jawa Barat, khususnya di Kabupaten Garut, event ketangkasan Domba Garut digelar dalam hari-hari besar nasional, hari ulang tahun seperti hari jadi Garut, HUT TNI, HUT Kemerdekaan RI. Kekeluargaan para penggemar Domba Garut khususnya di Jawa Barat diikat dengan organisasi profesi, yaitu HPDKI, sehingga setiap kali digelar mereka dengan mudah untuk melaukan pertemuan di lapangan atau tempat pemidangan yang khusus dibuat sebagai event Kontes Ternak Domba Garut berlaga.

ISTILAH KHUSUS DOMBA GARUT
Adeg-adeg : Kesesuaian postur tubuh mulai dari badan sampai kaki atau bentuk umum performa fisik yang dinilai dari fostur (kekokohan badan, leher dn kepala), jingjingan (bentuk, ukuran dan letak tanduk), ules (bentuk di raut muka).
Baracak : Kombinasi warna kulit domba dengan dominasi hitam atau abu-abu dan bercak-bercak kecil putih Yang tidak teratur pada sekujur atau sebagian tubuhnya.
Baralak : Jenis bulu domba yang mirip dengan bercak yang ukurannya lebih besar.
CATUR BANGGA DOMBA GARUT
1. Ules Beungeut : Kasep, ngamenak dan ngaules
2. Mata : Kupa
3. Telinga : Rumpung, rumpung sapotong, ngadaun hiris dan ngadaun nangka saeutik
4. Tanduk : Nagbendo, golong tambang, setengah gayor, gayor, leang-leang sogong
5. Kualitas Tanduk : Poslen, waja, beusi, gebog
6. Warna Bulu : Sambung, riben sebak, belang sapi, macan, jog-jog, laken, baracak, monyet, kunyuk, Lunglum, perak, bodas apu, jogja dan riben mencenges
7. Ekor : Ngabuntut beurit, ngabuntut bagong dan ngadaun waru
8. Kanjut/ Scrotum : Laer, ngarandu dan ngajantung
9. Kaki : Mancuh, kuda, regang waru, meureup ucing

Potensi Ternak Domba

Potensi ternak kecil yaitu domba (Ovis) dan kambing cukup menyebar secara merata ke seluruh wilayah. Ternak domba atau kambing tidak memerlukan dukundan lahan yang luas apabila dibandingkan dengan budi daya ternak besar. Ternak domba lebih populer di kalangan petani dibandingkan dengan ternak kambing. Ternak domba, biasa dijadikan tabungan jangka pendek petani, secara priodik memiliki permintaan cukup tinggi, yaitu menjelang Hari Raya Kurban. Beberapa kecamatan yang memiliki populasi ternak cukup banyak adalah Kecamatan Cisayong, Sukaraja, Bojonggambir, Sodonghilir, Salawu, Salopa, Karangnunggal, dan Cibalong.


A. PROSPEK PASAR


Permintaan domba yang paling potensial secara reguler datang dari kota-kota besar seperti Bandung, dan JaBoTaBek. Ternak domba dari Tasikmalaya juga dipasarkan ke wilayah Cirebon. Konsumen reguler daging domba ini adalah para pedagang sate. Di samping permintaan lokal, regional, dan nasional, pasar ternak domba masih cukup terbuka untuk negara di lingkungan Asia Tenggara sendiri, seperti Brunai Darussalam, Malaysia, dan Singapura Para peternak yang sudah berorientasi pasar sudah sangat menguasai kapan dia harus membeli bakalan dan kapan harus menjualnya kembali. Pasar ternak domba memiliki siklus reguler yang tetap, sehingga mudah dijadikan bahan pertimbangan oleh para peternak. Maka dari itu ternak domba di mata peternaknya dianggap sebagai tabungan keluarga.


Produk lainnya dari ternak domba adalah kulit. Pasar kulit domba cukup prospektif. Kulit domba merupakan bahan baku untuk berbagai peralatan rumah tangga dan barang kerajinan. Prospek pasar kulit domba melebihi prospek pasar daging domba. Hal ini dapat dibuktikan dengan adanya para pembeli kulit domba yang sudah menyerahkan uang di muka kepada runah-runah potong hewan, jauh-jauh hari sebelum ternak domba tersebut dipotong. Tidak dapat dipungkiri bahwa harga ternak domba mengalami fluktuasi, sebagaimana halnya terjadi pada harga hasil ternak yang lainnya. Namun demikian, sesuai dengan pola fluktuasi permintaannya fluktuasi harga ternak domba tidak terlalu tajam. Bandingkan misalnya dengan fluktuasi harga ternak unggas yang kurang stabil dan tidak dapat diprediksi oleh para peternak pada umumnya. Pergerakan harga ternak domba relatif dapat diikuti dan dapat diprediksi oleh para peternak. Misal pada saat musim kurban harga ternak cukup tinggi dan saat yang tepat untuk para peternak untuk menjual peliharaannya. Dengan demikian peternak domba relatif dapat mengendalikan pasar bila dibandingkan dengan peternak komoditas lain yang hanya sebagai penerima harga (price taker).


B. DUKUNGAN SUMBER DAYA LOKAL


Usaha ternak domba sudah tidak asing lagi bagi masyarakat petani Kabupaten Tasikmalaya. Namun demikian kebanyakan pengusahanya masih bersifat sampingan, belum sepenuhnya berorientasi komersial. Skala pemilikan usaha ternak domba yang dilakukan para petani berkisar antara 2 sampai 6 ekor. Usaha ternak domba hampir menyebar dengan merata di seluruh kecamatan bagian selatan dan utara Tasikmalaya. Jenis domba unggul yang banyak dipelihara di Tasikmalaya adalah domba lokal yang biasa disebut Domba Garut. Keunggulan domba tersebut antara lain pertumbuhannya yang cepat, bobot dan postur tubuh yang baik, serta produktivitasnya cukup tinggi (rata-rata beranak 2 ekor dalam masa satu kali kehamilan).


C. PELUANG DAN KELAYAKAN INVESTASI

Berdasarkan hasil perhitungan, untuk mencapai skala ekonomis pada usaha ternak domba minimal dipelihara 8 ekor. Pada skala delapan ekor usaha ternak domba mencapai titik impas. Usaha ternak domba dalam satu kali proses produksi dengan skala usaha sepuluh ekor memperoleh laba rata-rata Rp.1.118.000. Masa satu kali produksi adalah 3 bulan atau 100 hari. Dengan demikian pendapatan usaha ternak domba dalam kurun waktu satu tahun pada skala usaha 10 ekor ±Rp. 3.354.000. R/C ratio usaha tersebut 1,23. Artinya setiap Rp.1 biaya yang dikeluarkan dalam usaha ternak domba, dalam 3 bulan menghasilkan penerimaan Rp.1,23. Dengan kata lain keuntungan ternak domba dalam waktu 3 bulan sebesar 23%.


TabelAnalisis Usaha Ternak Domba


Keterangan:
• Pakan Hijauan 6-8 kg/ekor/hari
• Pakan Penguat 0,5-1 kg/ekor/hari
• Obat-obatan Rp.10.000/ekor/tahun (dewasa)
• Luas kandang 1m2 /ekor
• Biaya pembuatan kandang Rp.50.000/m2 dengan umur ekonomi 10 tahun

Pengalaman Bagi Hasil Ternak Domba

Saya paling seneng baca tulisan Pak Tony, ceritanya gampang dicerna & yang utama tulisannya menyegarkan selamat membaca semoga bermanfaat ........

alo Boss, mohon maaf baru sempet bales.

Kalau pengalaman tersebut ditulis panjang banget Boss, akan membosankan dan sedikit banyak akan menyinggung perasaan banyak orang, wajar sih sebetulnya jika kita menulis apa adanya maka akan ada yang berkenan dan tidak berkenan, namun sepanjang saya menulis pengalaman berdasarkan sudut pandang saya, maka dipersilahkan untuk marah atau justru mentertawakan kebodohan saya. Karena yang akan saya sampaikan hanyalah fakta yang saya temui dan mungkin hal-hal yang bersifat negatif belaka. Kalau yang bagusnya kita semua sudah mengetahui dan tidak perlu di bahas karena bukan merupakan permasalahan.

Untuk mengetahui kenapa sebetulnya sistim maron yang kita anggap baik justru sering berahir dengan sangat tidak baik, maka saya memberanikan diri menempatkan diri sebagai peternak desa yang mengajak peternak Kota-an untuk melakukan kerjasama dengan sistim maron. Agar lebih riel atau real, maka saya mengajak masyarakat desa setempat untuk kerja bersama saya dan berada di pihak saya sebagai peternak desa, agar saya bisa dengan jelas mengamati pola pikir dan pola sikap mereka yang sebenar-benarnya.Hasil pengamatan saya membuat diri saya terperangah heran melihat pola pikir masyarakat desa tersebut, yang secara singkat saya sampaikan sebagai berikut :

1. Mereka umumnya sangat menginginkan untuk mendapat keuntungan atau imbalan saat ini juga atau secepat mungkin. Kerja sekarang ya harus mendapat imbalan sekarang juga. Ini sangat bertentangan dengan prinsip utamanya peternak, yang selalu bekerja sekarang mendapat imbalannya beberapa bulan bahkan beberapa tahun kemudian. Perbedaan mendasar ini yang bisa berakibat bermacam-macam hal yang sangat negatif.

2. Semakin (maaf) miskin si peternak desa semakin besar kemungkinan mereka berbuat curang dengan segala macam tipu daya nasional nya. Akibat ahirnya kehidupan mereka makin terpuruk. Semakin berada atau mampu si peternak desa, maka semakin kecil sekali kemungkinan mereka untuk melakukan kecurangan. Akibat ahirnya mereka semakin mampu dan semakin makmur hidupnya.

3. Peternak desa selalu menganggap peternak kota lebih bodoh dalam masalah peternakan, sehingga hanya di anggap sebagai sasaran empuk untuk di tipu, di bohongi serta di manfaatkan sebagai sumber pemerahan dana atau uang melalui berbagai cara.

4. Peternak desa selalu menganggap peternak kota sebagai orang-orang yang kebanyakan uang. Sehingga program maron dianggap sebagai programnya Sinterklas, program untuk menolong mereka semata. Tidak ada tersirat sedikitpun di otak mereka bahwa si peternak kota melakukan program maron ini karena mereka juga membutuhkan tambahan pendapatan. Yang mereka pikirkan hanyalah bagaimana caranya memanfaatkan kepercayaan yang di berikan melalui kerja sama ini, untuk mengeruk keuntungan sepihak bagi mereka semaksimum mungkin.

5.Peternak desa selalu "merasa" kebal hukum dan merasa akan selalu menang jika bermasalah dengan peternak kota, walaupun ada perjanjian resmi dengan saksi RT_RW Lurah_Camat sekalipun. Pola sikapnya " Ini rumahku, ini kampungku, kamu datang kemari karena kamu butuh bantuanku dan aku berhak mengusir kamu setiap saat aku mau". Jika kalah dalam penyelesaian masalah maka mereka akan menggunakan (maaf) kemiskinan dan kesulitan hidupnya, agar di kasihani dan di maafkan atas segala kesalahan yang sengaja mereka perbuat.

6. Peternak kota kalau datang meninjau atau mengontrol, tingkah polahnya sering kami anggap keterlaluan. Terutama anggauta keluarga atau teman nya, sering memperlakukan kami sebagai kacung pribadinya.

7. Peternak kota sering menganggap rumah dan pekarangan kami sebagai miliknya sendiri, tanpa menghargai si pemilik yang sebenarnya

8. Peternak kota sering tidak mau mengindahkan budaya lokal desa.

9.Peternak kota sering minta dilayani sebaik mungkin bak seorang sultan atau kaisar.

10. Peternak kota selalu menganggap kami ini orang terkebelakang yang lugu guoblok sehingga harus di dikte dengan penuh ancaman-ancaman.

Itu semua adalah "PADA UMUMNYA", jadi tidak semuanya Boss.Memang sangat mengerikan jika kita mengetahui pola pandang - pikir dan sikap mereka yang sebenar-benarnya.

Sangat wajar jika program maron antar perorangan maupun yg dilakukan pemerintah banyak yang berahir dengan kekacauan besar. Banyak pengusaha yang mengalihkan program maron ini dengan unit pendidikan di daerah, dan hasilnya sedikit membaik tetapi belum bisa saya katakan berhasil. Jika anda seorang yang terbiasa melakukan bisnis kerjasama, kemudian membawa masalah tsb di atas kedalam sistim manajemen kerjasama yang umum dilakukan, maka system maron memang seharusnya tidak dilakukan dengan sembarang atau rata-rata masyarakat pedesaan bahkan dengan sanak keluarga pun jangan.Mungkinkah pabrik pembuat kapal terbang besar seperti Boeing atau Airbus mengajak pabrik kapal terbang kita IPTN untuk bekerja sama. Jawabannya tentu iya dan tidak tergantung dari ........macam macam. Yang intinya "harus ada kesederajatan posisi masing-masing".Demikian juga saat system manajemen kerjasama yg sudah umum dipakai, kami terapkan pada usaha maron yang kami lakukan, sebagian sangat besar ancaman - tantangan hambatan dan gangguan bisa kami atasi dengan baik.Yang membuat saya masih sedih dan kecewa adalah "kami terpaksa tetap meninggalkan mereka yang (maaf) tergolong miskin" tetap agak di belakang. Saya tidak tahu bagaimana caranya memajukan mereka, selain memberikan kesempatan yg sesuai dengan keinginan mereka yang intinya "kerja sekarang di bayar sekarang".

Demikian Boss, upaya saya dan tulisan ini tidak ditujukan untuk memojokan siapapun, tetapi hanya untuk mencari dan menyampaikan fakta serta pemetaannya yang mampu saya lihat sebatas kebodohan saya. Agar bisa di manfaatkan untuk kemajuan bersama dan yang paling penting meningkatkan keuntungan saya, nggak munafik lah Boss, tujuan usaha kan nyari keuntungan.Sebagai tambahan: Mengacu pada keberhasilan sistim maron yang kami lakukan, saya pernah mengajak seorang sahabat pribadi, dia adalah peternak besar dari negara tetangga untuk menyisihkan sebagian sangat kecil ternaknya untuk di kembang biakan di desa tersebut dengan saya sebagai Penjaminnya /Guarantor nya. Setelah mereka melakukan penelitian detail - jawabanya sangat singkat "Mereka peternak tangguh tetapi Hati mereka tidak di situ" ( They are tough farmer but their heart aren't there yet). Dengan catatan "mereka" pertama dan "mereka" kedua, adalah "mereka" yang berlainan. Hehehehe jangan bingung Boss, biar saya aja yang bingung.Terimakasih dan salam hormat

Rabu, 17 Desember 2008

Selamat Datang

Berawal dari rasa senang terhadap domba Garut dimana domba ini mempunyai postur badan yang gagah...... mempunyai tanduk besar dan mempunyai nyali (keberanian) yang luar biasa. Dari kelebihan beberapa faktor tersebut semakin