Kamis, 18 Desember 2008

Pengalaman Bagi Hasil Ternak Domba

Saya paling seneng baca tulisan Pak Tony, ceritanya gampang dicerna & yang utama tulisannya menyegarkan selamat membaca semoga bermanfaat ........

alo Boss, mohon maaf baru sempet bales.

Kalau pengalaman tersebut ditulis panjang banget Boss, akan membosankan dan sedikit banyak akan menyinggung perasaan banyak orang, wajar sih sebetulnya jika kita menulis apa adanya maka akan ada yang berkenan dan tidak berkenan, namun sepanjang saya menulis pengalaman berdasarkan sudut pandang saya, maka dipersilahkan untuk marah atau justru mentertawakan kebodohan saya. Karena yang akan saya sampaikan hanyalah fakta yang saya temui dan mungkin hal-hal yang bersifat negatif belaka. Kalau yang bagusnya kita semua sudah mengetahui dan tidak perlu di bahas karena bukan merupakan permasalahan.

Untuk mengetahui kenapa sebetulnya sistim maron yang kita anggap baik justru sering berahir dengan sangat tidak baik, maka saya memberanikan diri menempatkan diri sebagai peternak desa yang mengajak peternak Kota-an untuk melakukan kerjasama dengan sistim maron. Agar lebih riel atau real, maka saya mengajak masyarakat desa setempat untuk kerja bersama saya dan berada di pihak saya sebagai peternak desa, agar saya bisa dengan jelas mengamati pola pikir dan pola sikap mereka yang sebenar-benarnya.Hasil pengamatan saya membuat diri saya terperangah heran melihat pola pikir masyarakat desa tersebut, yang secara singkat saya sampaikan sebagai berikut :

1. Mereka umumnya sangat menginginkan untuk mendapat keuntungan atau imbalan saat ini juga atau secepat mungkin. Kerja sekarang ya harus mendapat imbalan sekarang juga. Ini sangat bertentangan dengan prinsip utamanya peternak, yang selalu bekerja sekarang mendapat imbalannya beberapa bulan bahkan beberapa tahun kemudian. Perbedaan mendasar ini yang bisa berakibat bermacam-macam hal yang sangat negatif.

2. Semakin (maaf) miskin si peternak desa semakin besar kemungkinan mereka berbuat curang dengan segala macam tipu daya nasional nya. Akibat ahirnya kehidupan mereka makin terpuruk. Semakin berada atau mampu si peternak desa, maka semakin kecil sekali kemungkinan mereka untuk melakukan kecurangan. Akibat ahirnya mereka semakin mampu dan semakin makmur hidupnya.

3. Peternak desa selalu menganggap peternak kota lebih bodoh dalam masalah peternakan, sehingga hanya di anggap sebagai sasaran empuk untuk di tipu, di bohongi serta di manfaatkan sebagai sumber pemerahan dana atau uang melalui berbagai cara.

4. Peternak desa selalu menganggap peternak kota sebagai orang-orang yang kebanyakan uang. Sehingga program maron dianggap sebagai programnya Sinterklas, program untuk menolong mereka semata. Tidak ada tersirat sedikitpun di otak mereka bahwa si peternak kota melakukan program maron ini karena mereka juga membutuhkan tambahan pendapatan. Yang mereka pikirkan hanyalah bagaimana caranya memanfaatkan kepercayaan yang di berikan melalui kerja sama ini, untuk mengeruk keuntungan sepihak bagi mereka semaksimum mungkin.

5.Peternak desa selalu "merasa" kebal hukum dan merasa akan selalu menang jika bermasalah dengan peternak kota, walaupun ada perjanjian resmi dengan saksi RT_RW Lurah_Camat sekalipun. Pola sikapnya " Ini rumahku, ini kampungku, kamu datang kemari karena kamu butuh bantuanku dan aku berhak mengusir kamu setiap saat aku mau". Jika kalah dalam penyelesaian masalah maka mereka akan menggunakan (maaf) kemiskinan dan kesulitan hidupnya, agar di kasihani dan di maafkan atas segala kesalahan yang sengaja mereka perbuat.

6. Peternak kota kalau datang meninjau atau mengontrol, tingkah polahnya sering kami anggap keterlaluan. Terutama anggauta keluarga atau teman nya, sering memperlakukan kami sebagai kacung pribadinya.

7. Peternak kota sering menganggap rumah dan pekarangan kami sebagai miliknya sendiri, tanpa menghargai si pemilik yang sebenarnya

8. Peternak kota sering tidak mau mengindahkan budaya lokal desa.

9.Peternak kota sering minta dilayani sebaik mungkin bak seorang sultan atau kaisar.

10. Peternak kota selalu menganggap kami ini orang terkebelakang yang lugu guoblok sehingga harus di dikte dengan penuh ancaman-ancaman.

Itu semua adalah "PADA UMUMNYA", jadi tidak semuanya Boss.Memang sangat mengerikan jika kita mengetahui pola pandang - pikir dan sikap mereka yang sebenar-benarnya.

Sangat wajar jika program maron antar perorangan maupun yg dilakukan pemerintah banyak yang berahir dengan kekacauan besar. Banyak pengusaha yang mengalihkan program maron ini dengan unit pendidikan di daerah, dan hasilnya sedikit membaik tetapi belum bisa saya katakan berhasil. Jika anda seorang yang terbiasa melakukan bisnis kerjasama, kemudian membawa masalah tsb di atas kedalam sistim manajemen kerjasama yang umum dilakukan, maka system maron memang seharusnya tidak dilakukan dengan sembarang atau rata-rata masyarakat pedesaan bahkan dengan sanak keluarga pun jangan.Mungkinkah pabrik pembuat kapal terbang besar seperti Boeing atau Airbus mengajak pabrik kapal terbang kita IPTN untuk bekerja sama. Jawabannya tentu iya dan tidak tergantung dari ........macam macam. Yang intinya "harus ada kesederajatan posisi masing-masing".Demikian juga saat system manajemen kerjasama yg sudah umum dipakai, kami terapkan pada usaha maron yang kami lakukan, sebagian sangat besar ancaman - tantangan hambatan dan gangguan bisa kami atasi dengan baik.Yang membuat saya masih sedih dan kecewa adalah "kami terpaksa tetap meninggalkan mereka yang (maaf) tergolong miskin" tetap agak di belakang. Saya tidak tahu bagaimana caranya memajukan mereka, selain memberikan kesempatan yg sesuai dengan keinginan mereka yang intinya "kerja sekarang di bayar sekarang".

Demikian Boss, upaya saya dan tulisan ini tidak ditujukan untuk memojokan siapapun, tetapi hanya untuk mencari dan menyampaikan fakta serta pemetaannya yang mampu saya lihat sebatas kebodohan saya. Agar bisa di manfaatkan untuk kemajuan bersama dan yang paling penting meningkatkan keuntungan saya, nggak munafik lah Boss, tujuan usaha kan nyari keuntungan.Sebagai tambahan: Mengacu pada keberhasilan sistim maron yang kami lakukan, saya pernah mengajak seorang sahabat pribadi, dia adalah peternak besar dari negara tetangga untuk menyisihkan sebagian sangat kecil ternaknya untuk di kembang biakan di desa tersebut dengan saya sebagai Penjaminnya /Guarantor nya. Setelah mereka melakukan penelitian detail - jawabanya sangat singkat "Mereka peternak tangguh tetapi Hati mereka tidak di situ" ( They are tough farmer but their heart aren't there yet). Dengan catatan "mereka" pertama dan "mereka" kedua, adalah "mereka" yang berlainan. Hehehehe jangan bingung Boss, biar saya aja yang bingung.Terimakasih dan salam hormat

Tidak ada komentar:

Posting Komentar